Senin, 18 Oktober 2010

Contoh Pelanggaran Etika Bisnis

Sebuah perusahaan property ternama di Yogjakarta tidak memberikan surat ijin membangun rumah dari developer kepada dua orang konsumennya di kawasan kavling perumahan milik perusahaan tersebut. Konsumen pertama sudah memenuhi kewajibannya membayar harga tanah sesuai kesepakatan dan biaya administrasi lainnya. Sementara konsumen kedua masih mempunyai kewajiban membayar kelebihan tanah, karena setiap kali akan membayar pihak developer selalu menolak dengan alasan belum ada ijin dari pusat perusahaan (pusatnya di Jakarta). Yang aneh adalah di kawasan kavling itu hanya dua orang ini yang belum mengantongi izin pembangunan rumah, sementara 30 konsumen lainnya sudah diberi izin dan rumah mereka sudah dibangun semuannya. Alasan yang dikemukakan perusahaan itu adalah ingin memberikan pelajaran kepada dua konsumen tadi karena dua orang ini telah memprovokasi konsumen lainnya untuk melakukan penuntutan segera pemberian izin pembangunan rumah. Dari kasus ini perusahaan property tersebut telah melanggar prinsip kewajaran (fairness) karena tidak memenuhi hak-hak stakeholder (konsumen) dengan alasan yang tidak masuk akal

Referensi : http://www.los-diy.or.id/artikel/Losdiy-Contoh%20Pelanggaran%20Etika%20Bisnis.pdf

Etka Bisnis

ETIKA BISNIS :
Pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang perilaku manusia yang penting.

Apa yang diharapkan dan mengapa kita mempelajari Etika Bisnis?
Menurut K. Bertens, ada 3 tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1. Menanamkan atau meningkakan kesadaran akan adanya demensi etis dalam bisnis.
Menanamkan, jika sebelumnya kesadaran itu tidak ada, meningkatkan bila kesadaran itu sudah
ada, tapi masih lemah dan ragu.
Orang yang mendalami etika bisnis diharapkan memperoleh keyakinan bahwa etika merupakan
segi nyata dari kegiatan ekonomis yang perlu diberikan perhatian serius.
2. Memperkenalkan argumentasi moral khususnya dibidang ekonomi dan bisnis, serta membantu
pebisnis/calon pebisnis dalam menyusun argumentasi moral yang tepat.
Dalam etika sebagai ilmu, bukan Baja penting adanya norma-norma moral, tidak kalah penting adalah alasan bagi berlakunya norma-norma itu. Melalui studi etika diharapkan pelaku bisnis akan sanggup menemukan fundamental rasional untuk aspek moral yang menyangkut ekonomi dan bisnis.
3. Membantu pebisnis/calon pebisnis, untuk menentukan sikap moral yang tepat didalam profesinya
(kelak).

Hal ketiga ini memunculkan pertanyaan, apakah studi etika ini menjamin seseorang akan menjadi etis juga? Jawabnya, sekurang-kurangnya meliputi dua sisi berikut, yaitu disatu pihak, harus dikatakan : etika mengikat tetapi tidak memaksa. Disisi lain, studi dan pengajaran tentang etika bisnis boleh diharapkan juga mempunyai dampak atas tingkah laku pebisnis. Bila studi etika telah membuka mata, konsekuensi logisnya adalah pebisnis bertingkah laku menurut yang diakui sebagai hal yang benar.

Tiga aspek pokok dari bisnis yaitu : dari sudut pandang ekonomi, hukum dan etika.
1. Sudut pandang ekonomis.
Bisnis adalah kegiatan ekonomis. Yang terjadi disini adalah adanya interaksi antara produsen/perusahaan dengan pekerja, produsen dengan konsumen, produsen dengan produsen dalam sebuah organisasi. Kegiatan antar manusia ini adalah bertujuan untuk mencari untung oleh karena itu menjadi kegiatan ekonomis. Pencarian keuntungan dalam bisnis tidak bersifat sepihak, tetapi dilakukan melalui interaksi yang melibatkan berbagai pihak.
Dari sudut pandang ekonomis, good business adalah bisnis yang bukan saja menguntungkan, tetapi
juga bisnis yang berkualitas etis.
2.Sudut pandang moral.
Dalam bisnis, berorientasi pada profit, adalah sangat wajar, akan tetapi jangan keuntungan yang
diperoleh tersebut justru merugikan pihak lain. Tidak semua yang bisa kita lakukan boleh dilakukan juga. Kita harus menghormati kepentingan dan hak orang lain. Pantas diperhatikan, bahwa dengan itu kita sendiri tidak dirugikan, karena menghormati kepentingan dan hak orang lain itu juga perlu dilakukan demi kepentingan bisnis kita sendiri.
3. Sudut pandang Hukum
Bisa dipastikan bahwa kegiatan bisnis juga terikat dengan "Hukum" Hukum Dagang atau Hukum Bisnis, yang merupakan cabang penting dari ilmu hukum modern. Dan dalam praktek hukum banyak masalah timbul dalam hubungan bisnis, pada taraf nasional maupun international. Seperti etika, hukum juga merupakan sudut pandang normatif, karena menetapkan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Dari segi norma, hukum lebih jelas dan pasti daripada etika, karena peraturan hukum dituliskan hitam atas putih dan ada sanksi tertentu bila terjadi pelanggaran. Bahkan pada zaman kekaisaran Roma, ada pepatah terkenal : "Quid leges sine
moribus" yang artinya : "apa artinya undang-undang kalau tidak disertai moralitas "
Lalu apa tolok ukur bahwa bisnis itu baik menurut tiga sudut pandang tadi?
Untuk sudut pandang ekonomis, jawaban pertanyaan ini lebih mudah, yaitu bila bisnis memberikan profit, dan hal ini akan jelas terbaca pada laporan rugi/laba perusahaan di akhir tahun. Dari sudut pandang hukum pun jelas, bahwa bisnis yang baik adalah yang diperbolehkan oleh sistem hukum yang berlaku. (penyelundupan adalah bisnis yang tidak baik).
Yang lebih sulit jawabnya adalah bila bisnis dilihat dari sudut pandang moral. Apa yang menjadi tolok ukur untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan bisnis.

Dari sudut pandang moral, setidaknya ada 3 tolok ukur yaitu : nurani, Kaidah Emas, penilaian umum.
1.Hati nurani:
Suatu perbuatan adalah baik, bila dilakukan susuai dengan hati nuraninya, dan perbuatan lain buruk bila dilakukan berlawanan dengan hati nuraninya. Kalau kita mengambil keputusan moral berdasarkan hati nurani, keputusan yang diambil "dihadapan Tuhan" dan kita sadar dengan tindakan tersebut memenuhi kehendak Tuhan.
2. Kaidah Emas :
Cara lebih obyektif untuk menilai baik buruknya perilaku moral adalah mengukurnya dengan Kaidah Emas (positif), yang berbunyi : "Hendaklah memperlakukan orang lain sebagaimana Anda sendiri ingin diperlakukan" Kenapa begitu? Tentunya kita menginginkan diperlakukan dengan baik. Kalau begitu yang saya akan berperilaku dengan baik (dari sudut pandang moral). Rumusan Kaidah Emas secara negatif : "Jangan perlakukan orang lain, apa yang Anda sendiri tidak ingin akan dilakukan terhadap diri Anda" Saya kurang konsisten dalam tingkah laku saya, bila saya melakukan sesuatu terhadap orang lain, yang saya tidak mau akan dilakukan terhadap diri saya. Kalau begitu, saya berperilaku dengan cara tidak baik (dari sudut pandang moral).
3. Penilaian Umum :
Cara ketiga dan barangkali paling ampuh untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku adalah menyerahkan kepada masyarakat umum untuk menilai. Cara ini bisa disebut juga audit sosial. Sebagaimana melalui audit dalam arti biasa sehat tidaknya keadaan finansial suatu perusahaan dipastikan, demikian juga kualitas etis suatu perbuatan ditentukan oleh penilaian masyarakat umum

Apa itu etika bisnis?
Kata "etika" dan "etis" tidak selalu dipakai dalam arti yang sama dan karena itu pula "etika bisnis" bisa berbeda artinya.
Etika sebagai praksis berarti : nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktekkan atau justru tidak dipraktekkan, walaupun seharusnya dipraktekkan. Sedangkanetis, merupakansifat daritindakan yang sesuaidengan etika.

Peranan Etika dalam Bisnis :
Menurut Richard De George, bila perusahaan ingin sukses/berhasil memerlukan 3 hal pokok yaitu :
1. Produk yang baik
2. Managemen yang baik
3. Memiliki Etika

Selama perusahaan memiliki produk yang berkualitas dan berguna untuk masyarakat disamping itu dikelola dengan manajemen yang tepat dibidang produksi, finansial, sumberdaya manusia dan lain-lain tetapi tidak mempunyai etika, maka kekurangan ini cepat atau lambat akan menjadi batu sandungan bagi perusahaan tsb. Bisnis merupakan suatu unsur mutlak perlu dalam masyarakat modern. Tetapi kalau merupakan fenomena sosial yang begitu hakiki, bisnis tidak dapat dilepaskan dari aturan-aturan main yang selalu harus diterima dalam pergaulan sosial, termasuk juga aturan-aturan moral.

Mengapa bisnis harus berlaku etis ?
Tekanan kalimat ini ada pada kata "harus". Dengan kata lain, mengapa bisnis tidak bebas untuk berlaku etis atau tidak? Tentu saja secara faktual, telah berulang kali terjadi hal-hal yang tidak etis dalam kegiatan bisnis, dan hal ini tidak perlu disangkal, tetapi juga tidak perlu menjadi fokus perhatian kita. Pertanyaannya bukan tentang kenyataan faktual, melainkan tentang normativitas : seharusnya bagaimana dan apa yang menjadi dasar untuk keharusan itu.

Mengapa bisnis harus berlaku etis, sebetulnya sama dengan bertanya mengapa manusia pada umumnya harus berlaku etis. Bisnis disini hanya merupakan suatu bidang khusus dari kondisi manusia yang umum.
Jawabannya ada tiga yaitu :
•Tuhan melalui agama/kepercayaan yang dianut, diharapkan setiap pebisnis akan dibimbing oleh iman kepercayaannya, dan menjadi tugas agama mengajak para pemeluknya untuk tetap berpegang pada motivasi moral.
•Kontrak Sosial, umat manusia seolah-olah pernah mengadakan kontrak yang mewajibkan setiap anggotanya untuk berpegang pada norma-norma moral, dan kontrak ini mengikat kita sebagai manusia, sehingga tidak ada seorangpun yang bisa melepaskan diri daripadanya.
•Keutamaan, Menurut Plato dan Aristoteles, manusia harus melakukan yang baik, justru karena hal itu baik. Yang baik mempunyai nilai intrinsik, artinya, yang baik adalah baik karena dirinya sendiri. Keutamaan sebagai disposisi tetap untuk melakukan yang baik, adalah penyempurnaan tertinggi dari kodrat manusia. Manusia yang berlaku etis adalah baik begitu saja, baik secara menyeluruh, bukan menurut aspek tertentu saja.

Etika Bisnis

Etika bisnis merupakan etika terapan. Etika bisnis merupakan aplikasi pemahaman kita tentang apa yang baik dan benar untuk beragam institusi, teknologi, transaksi, aktivitas dan usaha yang kita sebut bisnis.
Pembahasan tentang etika bisnis harus dimulai dengan menyediakan rerangka prinsip-prinsip dasar pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan istilah baik dan benar, hanya dengan cara itu selanjutnya seseorang dapat membahas implikasi-implikasi terhadap dunia bisnis.
Etika dan Bisnis, mendeskripsikan etika bisnis secar umum dan menjelaskan orientasi umum terhadap bisnis, dan mendeskripsikan beberapa pendekatan khusus terhadap etika bisnis, yang secara bersama-sama menyediakan dasar untuk menganalisis masalah-masalah etis dalam bisnis.

Minggu, 10 Oktober 2010

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU PADA KEDAI MAKAN BUMPER

Nama : Benazir Maren
Kelas : 4EA03
NPM : 11207414
Tugas Riset Pemasaran

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pendapatan adalah bagian penting dari suatu perusahaan. Karena dengan adanya pendapatan maka, perusahaan dapat menentukan langkah selanjutnya. Ada banyak cara bagi perusahaan untuk meningkatkan pendapatannya. Salah satu caranya yaitu dengan berinvestasi. Investasi sendiri dapat berarti sebagai suatu dana yang ditanamkan untuk suatu usaha atau bisnis dan diharapkan dapat kembali dalam jangka waktu tertentu dan menghasilkan laba.
Banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum berinvestasi. Salah satunya adalah apakah investasi tersebut akan mempengaruhi perusahaan kearah yang positif atau sebaliknya. Selain itu, perlu dipertimbangkan juga berapa modal yang diinvestasikan dan apakah investasi itu mendatangkan laba atau tidak.
Untuk mengetahui apakah investasi yang akan ditanamkan itu dapat direalisasikan atau tidak maka, diperlukan suatu analisa atau studi mengenai kelayakan usaha tersebut. Studi kelayakan bisnis atau usaha bila dilaksanakan. Yang dimaksud dengan layak atau tidak layak disini adalah perkiraan bahwa bisnis atau usaha tersebut akan menghasilkan laba atau tidak menghasilkan laba sesuai dengan harapan.
Manfaat dari studi kelayakan usaha adalah untuk menghindari kerugian yang besar bila suatu perusahaan dilakukan investor. Dengan menggunakan studi kelayakan usaha maka, kita dapat mengetahui berupa lama investasi yang ditanamkan akan kemballi dan berapa keuntungan yang kita dapatkan. Selain itu studi kelayakan usaha tidak hanya diterapkan untuk usaha yang relative besar, pada usaha kecil dan menengahpun dapat pula diterapkan.
Kedai Makan Bumper yang berlokasi di Perumahan Bumi Pertiwi Cilebut Blok AY No.6, Bogor. Telah berdiri pada tanggal 10 Oktober 2006. Kedai Makan Bumper itu sendiri relative masih baru sehingga masih perlu perhitungan yang mantap untuk membuat sebuah cabang baru yang terletak pada Komplek yang sama.
Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui hal tersebut maka penulis menetapkan judul : “Studi Kelayakan Usaha Pembukaan Cabang Baru Pada Kedai Makan Bumper”.

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa dalam pembukaan cabang baru pada usaha Kedai Makan perlu dilakukan studi kelayakan usaha, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikkut:
1. Apakah investasi yang akan dilakukan oleh Kedai Bumper layak atau tidak untuk diteruskan?
2. Berapa lama modal yang ditanamkan akan kembali?

1.2.2 Batasan Masalah
Dari rumusan masalah diatas, penulis membatasi masalah pada berapa lama investasi yang akan ditanamkam akan kembali dan layak atau tidaknya investasi tersebut dengan menggunakan metode Pyback Period (PP), Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), dan Internal Rate of Return (IRR).

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah pembukaan cabang baru Kedai Bumper layak atau tidak untuk dilakukan.
2. Untuk Mengetahui berapa lama modal yang ditanamkan kembali.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Bagi Penullis :
Dapat membantu penulis memperdalam materi yang telah diajarkan selama perkuliahan.
2. Bagi Pemilik Usaha :
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi Kedai Bumper dalam mengambil keputusan apakah pembukaan cabang baru layak atau tidak untuk direalisasikan.
3. Bagi Pembaca ;
Penulisan ini bisa dijadikan salah satu acuan bagi penulis lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.

1.5 Metode Penelitian
Dalam rangka penulisan ini, penulis menggunakan riset untuk memperoleh materi atau data yang diperlukan dalam penyusunan penulisan ini, yaitu kegiatan pengumpulan data dan penelitian.
Riset merupakan hal yang sangat penting untuk memperoleh data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Dalam penulisan ini, diperlukan data yang memadai oleh karena itu, selain menggunakan data yang diperoleh selama ini, penulis juga melakukan penelitian.
Berikut ini adalah beberapa keterangan penting tentang penelitian yang akan dilakukan oleh penulis :

1.5.1 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah pembukaan cabang baru Kedai Makan Bumper yang berlokasi di Blok Z yang dijadikan dasar penelitian di Blok AY.

1.5.2 Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer yaitu, data yang diperoleh dengan cara melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dengan objek penelitian.
2. Data sekunder yaitu, data keuangan yang diperoleh berdasarkan catatan yang dimiliki oleh pemilik usaha tersebut.

1.5.3 Metode pengumpulan data / variable
Materi atau data yang dikumpulkan dalam penyusunan penulisan ini adalah dengan metode penelitian sebagai berikut :
1. Wawancara
Yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan mencari data secara langsung kepada pemiliknya.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan (Kasmir dan Jakfar, 2003).
Menurut Husein Umar, (1997) menyatakan studi kelayakan bisnis suatu penelitian layak atau tidaknya suatu proses bisnis yang biasanya merupakan proyek investasi itu dilaksanakan.
Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.
Suad Husnan, (1996) pada umumnya studi kelayakan bisnis akan menyangkut tiga aspek, yaitu:
1. Manfaat ekonomis bagi usaha itu sendiri (sering pula disabut manfaat financial).
2. Manfaat ekonomis usaha tersebut bagi Negara tempat usaha tersebut dilaksanakan (sering disebut manfaat ekonomi nasional).
3. Manfaat sosial usaha tersebut bagi masyarakat sekitar usaha tersebut.
2.1.2 Tujuan Dilakukan Studi Kelayakan
Paling tidak ada lima tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau bisnis dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan (Kasmir dan Jakfar, 2003), yaitu:
1. Menghindari Resiko Kerugian
Untuk mengatasi resiko kerugian di masa yang akan datang ada semacam kondisi kepastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang dengan sendirinya terjadi tanpa dapat diramalkan.
2. Memudahkan Perencanaan
Jika kita sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, maka akan mempermudah kita dala melakukan perencanaan dan hal-hal apa saja yang perlu direncanakan.
3. Memudahkan Pelaksanaan Pekerjaan
Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat memudahkan pelaksanaan usaha. Para pelaksana yang mengerjakan bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang harus diikuti.
4. Memudahkan Pengawasan
Dengan telah dilaksanakannya suatu usaha sesuai dengan rencana yang sudah disusun, maka akan memudahkan kita untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha.
5. Memudahkan Pengendalian
Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka jika terjadi penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut.
Menurut Kasmir dan Jakfar, (2003) Studi kelayakan ini akan memakan biaya tetapi biaya tersebut relatif kecil bila dibandingkan dengan resiko kegagalan suatu usaha yang menyangkut investasi dalam jumlah besar, ada pula sebab lain yang mengakibatkan suatu usaha ternyata kemudian menjadi tidak menguntungkan (gagal). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan :
1. Ruang lingkup kegiatan usaha
2. Cara kegiatan usaha dilakukan
3. Evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan berhasilnya suatu usaha
4. Hasil kegiatan usaha tersebut, serta biaya yang harus ditanggung untuk memperoleh hasil tersebut
5. Akibat-akibat yang bermanfaat maupun yang tidak dari adanya usaha tersebut

2.1.3 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Husein Umar, (1997) aspek-aspek dalam studi kelayakan meliputi:
1. Aspek Teknis
Evaluasi aspek teknis ini mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis proyek, seperti penentuan kepastian produksi, jenis teknologi yang digunakan, pemakaian peralatan dan mesin, serta lokasi usaha yang paling menguntungkan.
2. Aspek Pasar dan Pemasaran
Evaluasi aspek pasar dan pemasaran sangat penting dilakukan karena tidak ada usaha yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan oleh usaha tersebut. Pada dasarnya, aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan dan pangsa pasar produk atau jasa yang bersangkutan.
3. Aspek Yuridis
Evaluasi terhadap aspek yuridis yang dilakukan. Bagi pemilik usaha, evaluasi ini berguna antara lain untuk kelangsungan usaha serta dalam rangka meyakinkan para kreditur dan investor bahwa usaha yang akan dilakukan tidak menyimpang dari aturan yang berlaku.
4. Aspek Manajemen
Dalam aspek manajemen yang dievaluasi ada dua macam, yang pertama manajemen saat pembangunan usaha dan yang kedua manajemen saat usaha dioperasionalkan.
5. Aspek Lingkungan
Lingkungan ini dapat berpengaruh positif maupun negative perusahaan, sehingga studi kelayakan aspek ini perlu dianalisis pula.
6. Aspek Finansial
Dari sisi keuangan, usaha sehat dikatakan apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban financial.

2.1.4 Tahapan Studi Kelayakan Bisnis
Dalam melaksanakan studi kelayakan bisnis atau usaha, ada beberapa tahapan studi yang dikerjakan (Husein Umar, 1997), yaitu:
1. Penemuan Ide Proyek
Produk atau Jasa yang akan dibuat haruslah berpotensi untuk dijual dan menguntungkan. Karena itu, penelitian terhadap kebutuhan pasar dan jenis produk atau jasa dari usaha harus dilakukan.
2. Tahap Penelitian
Proses ini dimulai dengan mengumpulkan data, lalu mengolah data dengan memasukkan teori-teori yang relevan, menganalisis dan menginterpretasi hasil pengolahan data dengan alat-alat analisis yang sesuai.
3. Tahap Evaluasi Proyek
Ada tiga macam evaluasi proyek. Pertama, mengevaluasi usulan proyek yang akan didirikan. Kedua, mengevaluasi proyek yang sedang beroperasi. Dan yang Ketiga, mengevaluasi proyek yang baru selesai dibangun.
4. Tahap Pengurutan Usulan yang Layak
Jika terdapat lebih dari satu usulan proyek bisnis yang dianggap layak dan terdapat keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki manajemen untuk merealisasikan semua proyek tersebut, maka perlu dilakukan pemilihan proyek yang dianggap paling penting untuk direalisasikan.
5. Tahap Rencana Pelaksanaan Proyek Bisnis
Dimulai dari menentukan jenis pekerjaan, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana, ketersediaan dana dan sumber daya lain, kesiapan manajemen dan lain-lain.
6. Tahap Pelaksanaan Proyek
Semua tenaga pelaksan proyek, mulai dari pemimpin sampai pada tingkat yang paling bawah, harus bekerja sama dengan sebaik-baiknya sesuai yang telah diterapkan.

2.1.6 Usulan Investasi dan Pemilihan Alternatif
Ada beberapa cara dalam menggolongkan usulan investasi, salah satunya penggolongan usulan yang didasarkan menurut kategori, sebagai berikut (Bambang Riyanto, 1995) :
1. Investasi penggantian, penggantian aktiva lama dengan yang baru
2. Investasi dengan penambahan kapasitas
3. Investasi penambahan jenis produk baru
4. Investasi lain-lain, yaitu tidak termasuk dalam ketiga golongan diatas
2.2 Alat Analisis
Dalam menjalankan usaha pada umumnya menggunakan metode-metode penilaian investasi yang diantaranya adalah dengan metode :
1. Payback Period (PP)
Menurut Kasmir dan Jakfar, (2003) Payback Period merupakan teknik pemikiran terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha.
Menurut Husein Umar, (1997) Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutu kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas.
Menurut Bambang Riyanto, (1996) Payback Period adalah suatu periode yang dibutuhkan untuk menutup kembali pengeluaran investasi.
Untuk mengetahui sejauh mana investasi itu kembali, maka dirumuskan sebagai berikut :
• Jika Proceed yang dihasilkan tiap tahun sama :
PP = Jumlah Investasi/Jumlah Proceed x 12 Bulan

Proceed = EAT + Depresiasi
EAT = Laba bersih setelah pajak
• Jika proceed yang dihasilkan tiap tahun berbeda :
Investasi = xxx
Proceed thn-1 = (xxx)
Sisa investasi = xxx
Proceed thn-2 = (xxx)
Sisa investasi = xxx
Dan seterusnya sampai investasi tidak dapat dikurang dengan proceed tahun selanjutnya, lalu :
PP = Sisa Investasi/Proceed tahun selanjutnya x 12Bulan


Jika payback period > umur ekonomis, Investasi ditolak
Jika payback period <>
Jadi kriteria penilaian pada metode payback period ini adalah jika payback periodnya lebih kecil dari waktu maksimum yang disyaratkan mak proyek diterima, dan sebaliknya bila payback periodnya lebih besar atau lebih lama dari waktu yang disyaratkan maka investasi ditolak.
2. Profitability Index (PI)
Profitability Index (PI) merupakan rasio aktifitas dari jumlah nilai sekarang penerimaanbersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi.
Rumus yang digunakan untuk mencari PI adalah sebagai berikut :
PI= Σ PV.Proceed/ Σ PV. Outlays x 100%
PV Proceed = Proceed x tingkat suku bunga
Kriteria PI :
Jika PI > 1, investasi diterima
Jika PI <>

3. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah selisih antara presend value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasionel maupun aliran kas terminal) dimasa yang akan datang.
Rumus dari NPV adalah sebagai berikut :
NPV = Σ PV. Proceed – PV Outlays
Kriteria NPV :
Jika NPV (+), investasi diterima
Jika NPV (-), investasi ditolak

4. Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini berguna untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang arus kas yang diharapkan masa datang atau penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal.


IRR= PI – CI x (P1 - P2/ C1-C2)
Dimana :
P1 = tingkat bunga 1
P2 = tingkat bunga 2
C1 = NPV 1
C2 = NPV 2
Keterangan :
IRR > Dari bungan pinjaman, diterima
IRR < style=""> ditolak
5. Average Rate of Return (ARR)
Merupakan cara untuk mengukur rata-rata pengembalian bunga dengan cara membandingkan antara rata-rata laba sebelum pajak (EAT) dengan rata-rata pengembalian investasi.
ARR (%)= Rata-rata EAT / Rata-rata Investasi
Keterangan :
ARR > Tingkat Keuntungan, diterima
ARR < Tingkat keuntungan, ditolak

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian
Dalam penulisan ini, penulis mengambil objek penelitian Kedai Makan yang merupakan salah satu bentuk usah akecil yang berada di lingkungan masyarakat. Usaha Kedai Makan ini bergerak dibidang jasa, karena gerak usahanya melayani masyarakat.

3.2 Data yang Digunakan
Data yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dengan objek penelitian.
2. Data sekunder, yaitu data keuangan yang diperoleh berdasarkan catatan yang dimiliki oleh pemilik usah tersebut

3.3 Metode Pengumpulan Data
Materi atau data yang dikumpulkan dalam penyusunan penulisan ini adalah metode penelitian sebagai berikut :

3.3.1 Wawancara
Yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan mencari data secara langsung kepada pemiliknya dan melihat secara langsung.

3.4 Alat Analisis
Dalam menjalankan usaha pada umumnya menggunakan metode-metode penilaian investasi yang diantaranya adalah dengan metode :
1. Payback Period (PP)
Menurut Kasmir dan Jakfar, (2003) Payback Period merupakan teknik pemikiran terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha.
Menurut Husein Umar, (1997) Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutu kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas.
Menurut Bambang Riyanto, (1996) Payback Period adalah suatu periode yang dibutuhkan untuk menutup kembali pengeluaran investasi.
Untuk mengetahui sejauh mana investasi itu kembali, maka dirumuskan sebagai berikut :
• Jika Proceed yang dihasilkan tiap tahun sama :
PP = Jumlah Investasi/Jumlah Proceed x 12 Bulan

Proceed = EAT + Depresiasi
EAT = Laba bersih setelah pajak
• Jika proceed yang dihasilkan tiap tahun berbeda :
Investasi = xxx
Proceed thn-1 = (xxx)
Sisa investasi = xxx
Proceed thn-2 = (xxx)
Sisa investasi = xxx
Dan seterusnya sampai investasi tidak dapat dikurang dengan proceed tahun selanjutnya, lalu :
PP = Sisa Investasi/Proceed tahun selanjutnya x 12Bulan


Jika payback period > umur ekonomis, Investasi ditolak
Jika payback period <>
Jadi kriteria penilaian pada metode payback period ini adalah jika payback periodnya lebih kecil dari waktu maksimum yang disyaratkan mak proyek diterima, dan sebaliknya bila payback periodnya lebih besar atau lebih lama dari waktu yang disyaratkan maka investasi ditolak.
2. Profitability Index (PI)
Profitability Index (PI) merupakan rasio aktifitas dari jumlah nilai sekarang penerimaanbersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi.
Rumus yang digunakan untuk mencari PI adalah sebagai berikut :
PI= Σ PV.Proceed/ Σ PV. Outlays x 100%
PV Proceed = Proceed x tingkat suku bunga
Kriteria PI :
Jika PI > 1, investasi diterima
Jika PI <>

3. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah selisih antara presend value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasionel maupun aliran kas terminal) dimasa yang akan datang.
Rumus dari NPV adalah sebagai berikut :
NPV = Σ PV. Proceed – PV Outlays
Kriteria NPV :
Jika NPV (+), investasi diterima
Jika NPV (-), investasi ditolak

4. Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini berguna untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang arus kas yang diharapkan masa datang atau penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal.


IRR= PI – CI x (P1 - P2/ C1-C2)
Dimana :
P1 = tingkat bunga 1
P2 = tingkat bunga 2
C1 = NPV 1
C2 = NPV 2
Keterangan :
IRR > Dari bungan pinjaman, diterima
IRR < style=""> ditolak
5. Average Rate of Return (ARR)
Merupakan cara untuk mengukur rata-rata pengembalian bunga dengan cara membandingkan antara rata-rata laba sebelum pajak (EAT) dengan rata-rata pengembalian investasi.
ARR (%)= Rata-rata EAT / Rata-rata Investasi
Keterangan :
ARR > Tingkat Keuntungan, diterima
ARR < Tingkat Keuntungan, ditolak

Minggu, 03 Oktober 2010

Review Jurnal

Nama : Benazir Maren
Kelas : 4EA03
NPM : 11207414
Tugas Riset Pemasaran (Review Jurnal)

* Tema/Topik : Loyalitas

* Judul, Pengarang, dan Tahun
1. Judul : Analisa Dampak Service Performance dan Kepuasan Sebagai Moderating Variabel
Terhadap Loyalitas Nasabah
Pengarang : Diah Dharmayanti
Tahun : 2008

2. Judul : Faktor-Faktor Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan
Pengarang : Trisno Musanto
Tahun : 2008

3. Judul : Upaya Mencapai Loyalitas Konsumen dalam Perspektif Sumber Daya Manusia
Pengarang : Erna Ferinnadewi dan S.Pantja Djati
Tahun : 2008

* Latar Belakang dan Masalah
Deregulasi perbankan 27 Oktober 1988 merupakan kebijakan penghapusan barrier to entry di industri perbankan. Dengan deregulasi tersebut,untuk pertama kalinya Pemerintah memandang perlu menciptakan iklim persaingan perbankan melalui mekanisme pasar, guna mendorong pengerahan dana melalui perluasan jaringan kelembagaan. Meningkatnya persaingan dan cepatnya deregulasi perbankan telah mengarahkan bisnis jasa perbankan mencari cara yang menguntungkan untuk mendiferensiasikan diri mereka terhadap pesaing. Salah satu strategi yang dapat menunjang keberhasilan bisnis dalam sector perbankan adalah berusaha menawarkan kualitas jasa dengan kualitas pelayanan tinggi yang nampak dalam kinerja/performa dari layanan yang ada (Parasuraman, Zeithaml, dan Berry, 1985). Salah satu kontributor yang sering dipakai dalam mengembangkan pengukuran kualitas jasa/pelayanan adalah alat ukur kualitas layanan yaitu SERVQUAL (Service Quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1988). Dari skala SERVQUAL ini, mereka berpendapat bahwa dalam mengevaluasi kualitas jasa/pelayanan, konsumen membandingkan antara pelayanan yang mereka harapkan dengan persepsi atas pelayanan yang mereka tarima (Gap análisis). Dalam kenyataannya, beberapa konsep menyebutkan bahwa gambaran ke- 5 dimensi (tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy) yang sering digunakan dalam SERVQUAL untuk menilai kualitas jasa/ pelayanan, masih menjadi masalah (Cronin dan Taylor,1992). Dalam prosesnya,loyalitas ditimbulkan oleh kepuasan tetapi bukan kepuasan pada tingkat ”cukup puas” tetapi kepuasan pada tingkat tertentu ”sangat puas” yang hanya dapat menciptakan loyalitas nasabah (Bhote,1996) yang menunjukkan hasil penelitiannya bahwa pada saat tingkat kepuasan konsumen mencapai 90%, loyal customers hanya mencapai 40% dalam suatu industri jasa perbankan. Berdasarkan latar belakang diatas, Bagaimana cara service performance/kinerja pelayanan mempunyai pengaruh secara langsung yang signifikan terhadap loyalitas nasabah Bank.

* Metodelogi
a. Data atau Variabel
Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, dengan melibatkan 50 nasabah Bank terpilih yang berusia diatas 20 tahun untuk mempelajari seberapa besar loyalitas pelayanan yang dimiliki Bank kepada Nasabah.

b. Model
Diah Dharmayanti : Service Perfomence
Kepuasan Nasabah
Loyalitas Nasabah

Trisno Musanto : Kepuasan Pelanggan
Loyalitas Pelanggan

Erna Ferinnadewi dan S.Pantja Djati : Jasa
Loyalitas Konsumen
Sumber Daya Manusia

* Hasil dan Kesimpulan
a. Jurnal 1 : berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan alat analisis Moderator Regression Analysis (MRA) dan Uji Asumsi Klasik dapat disimpulkan bahwa Service performance memiliki pengaruh langsung yang kuat terhadap loyalitas nasabah dan service performance yang baik tidak selalu menghasilkan kepuasan nasabah tetapi hadirnya kepuasan nasabah sebagai variabel moderator, bukan sebagai variabel intervening, adalah tepat karena telah terbukti bahwa kepuasan nasabah mampu memoderate pengaruh service performance terhadap loyalitas nasabah.
b. Jurnal 2 : berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan alat analisis Regresi Linier Berganda dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini hanya sales experience yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Sedang ketiga variabel lainnya reliability, response to
and remedy of problems, dan convenience of acquisition terbukti tidak berpengaruh. Namun demikian peneliti mengakui keterbatasan baik dari sisi metodologi maupun implikasi hasil penelitian ini. Keterbatasan sample akan mempengaruhi hasil penelitian, oleh karenanya hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisir.
c. Jurnal 3 : berdasarkan hasil hipotesis dapat disimpulkan bahwa di dalam upaya mendapatkan pelanggan yang loyal khususnya dalam bidang jasa, maka perusahaan harus menjalankan fungsi-fungsi dalam manajemen sumber daya manusia sejalan dengan tujuan pemasarannya. Aktivitas-aktivitas semacam rektrutmen, seleksi, pelatihan dan penilaian harus difokuskan untuk mendapatkan karyawan dengan sikap, keterampilan dan
perilaku yang mendukung tujuan organisasi.

* Saran untuk lanjutan
Untuk lebih dapat meningkatkan perusahaan perlu membangun modal intelektual sehingga meskipun terjadi perubahan dalm lingkungan bisnis, perusahaan masih mampu mempertahankan konsumen yang loyal. Dapat dikatakan sumber daya manusia dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif perusahaan dalam lingkungan yang cepat berubah ini.

Minggu, 18 April 2010

A. Judul Penelitian
Efektifitas Iklan Indosat Versi ( Saykoji dan Idol) Terhadap Pembelian Pulsa.

B. Pendahuluan
Latar Belakang Masalah

Iklan adalah bagian dari bauran promosi (promotion mix) dan bauran promosi adalah bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Secara sederhana iklan didefisinikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media. Namun demikian, untuk membedakannya dengan pengumuman biasa, iklan lebih diarahkan untuk membujuk orang supaya membeli, seperti yang dikatakan olah Frank Jefkins : periklanan merupakan tujuan untuk membeli. Dan sebagai bagian dari bauran pemasaran, bersama-sama dengan komponen lainnya dalam bauran promosi (personal selling, promosi penjualan, dan publisitas) iklan bagaikan salah satu dari empat buah roda mobil. Ketiga roda lainnya adalah produk, harga dan jalur distribusi. Jika salah satu roda tersebut kempis, maka ketiga roda lainnya pun akan kehilangan fungsinya sebagai penggerak strategi pemasaran.

Secara konvensional kita membedakan iklan dengan pulisitas dalam konteks dibayar dan tidak dibayar, dalam pengertian, iklan ada anggaran sedang publisitas tidak dikenakan pembayaran ( kalupun ada anggaran, persentasenya kecil sekali).Dilihat dari skala jangkauan, kita membedakan iklan, atau yang sering disebut penjualan masal, dengan personal sellings.
Orang masih sering menyamakan pengertian iklan dengan promosi. Beberapa buku bahkan menyebut promos i penjualan sebagai promosi untuk membedakannya dengan iklan. Pandangan yang salah ini hendaknya jangan ditiru oleh mereka yang telah mempelajari konsep - konsep pemasaran. Sebab menyamakan kedua hal itu justru akan menimbulkan kerancuan berpikir.

Iklan adalah bagian dari promosi. Disamping iklan, masih ada banyak bentuk promosi lainnya yang memiliki peranan yang sama pentingnya dengan promosi dalam strategi pemasaran.
Tujuan periklanan umumnya mengandung misi komunikas, Periklanan adalah suatu komunikasi massa dan harus dibayar untuk menarik kesadaran, menanamkan informasi, mengembangkan sikap, mengharapkan adanya suatu tindakan yang menguntungkan bagi pengiklan.
Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui hal tersebut maka penulis menetapkan judul : “ Efektifitas Iklan Indosat Versi ( Saykoji dan Idol) Terhadap Pembelian Pulsa”.

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka dalam penelitian ini, pembahas ditujukan untuk mengetahui :
Bagaimana efektifitas iklan televisi Indosat versi Saykoji dan versi Idol dalam mempengaruhi mahasiswa dan mahasiswi S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma untuk pembelian pulsa Indosat.

Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh iklan televisi Indosat versi “ Saykoji dan Idol “ pada mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma terhadap pembelian pulsa Indosat.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Penulis :
Meningkatkan pemahaman mengenai pengukuran efektifitas sebuah iklan.

2. Bagi Perusahaan
Sumbangan pemikiran dan teknik yang realistis dan mudah dalam mengukur efektifitas
periklanan .

3. Bagi Produsen Indosat
Sebagai salah satu sumbangan pemikiran tentang pengukuran efektifitas iklan televisi
Indosat, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai evaluasi strategi pemasaran pada
umumnya dan periklanan pada khususnya.

4. Bagi Mahasiswa
Sebagai salah satu acuan dalam mengukur iklan televisi untuk memahami fungsi periklanan.

Batasan Masalah
Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka batasan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan pada mahasiswa dan mahasiswi S-1 Fakultas Ekonomi Universitas
Gunadarma yang pernah melihat iklan televisi Indosat versi Saykoji dan versi Idol.

2. Penelitian dilakukan sebatas pada efektifitas iklan televisi Indosat dalam mempengaruhi
mahasiswa dan mahasiswi S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma untuk pembelian
pulsa Indosat.

C. Tinjauan Pustaka
Pengertian Iklan

Iklan adalah suatu alat komunikasi antara produsen dan konsumen. Iklan dapat didefinisikan sebagai suatu pesan yang menawarkan produk yang ditujukan kepada konsumen melalui media. Dengan iklan produsen akan lebih mudah menyampaikan pasan kepada konsumen. Media periklanan yang sudah banyak dikenal seperti televisi, radio, surat kabar, memuat beraneka ragam produk-produk perusahaan kepada masyarakat. Di dalam usaha untuk menginformasikan, membujuk dan mengingatkan konsumen tentang adanya produk atau jasa tertentu, perusahaan dihadapkan dengan berbagai cara dan cara tersebut terangkum dalam bauran promosi yang salah satunya adalah periklanan. Iklan melalui media televisi dapat menciptakan kombinasi dari cahaya, suara, gerakan dan adanya peluang untuk mendemonstrasikan produk secara langsung.

Demonstrasi langsung ini yang menyebabkan iklan televisi lebih mengena dari pada media lain. Terjemahan dari pendapat Russel dan Lane ( 1990 : 257 ) “ Televisi merupakan media periklanan yang sangat ampuh dari semua media lain karena menggabungkan penglihatan, suara dan gerak “ Media iklan di televisi dengan demonstrasi langsung ini akan lebih banyak mempengaruhi konsumen sebab pada televisi tersebut konsumen melihat dengan jelas produk yang ditawarkan, cara-cara pembuatan produk yang dapat menyakinkan konsumen akan kualitas produk tersebut, dan demonstrasi penggunaan produknya sehingga dapat mempermudah konsumen menggunakan produknya dengan baik dan benar. Iklan di televisi lebih berhasil menyakinkan konsumen dan berhasil menarik perhatian konsumen yang tidak mengetahui adanya suatu produk baru hingga mengenalnya dan ingin membelinya.

Untuk memberi pengertian yang lebih jelas, maka disajikan pengertian menurut Stanton ( 1991 : 452 ), yaitu : “ service, or idea. This messge, called on advertisement, is disseminated “
Definisi diatas mempunyai arti bahwa periklanan terdiri dari semua kegiatan termasuk penyajian suatu pesan secara terbuka untuk suatu produk, jasa atau ide. Pesan ini dinamakan iklan, yang disiarkan lewat satu atau lebih media dan dibiayai oleh perusahaan ( sponsor ) yang telah diketahui oleh umum. Dari uraian tersebut dapat diatarik kesimpulan bahwa pengertian periklanan adalah kegiatan untuk memperkenalkan barang atau jasa kepada konsumen dengan cara mempengaruhinya melalui media tertentu dengan membayar sejumlah biaya untuk melaksanakan maksud tersebut.

Dalam menjalankan program periklanan, perusahaan dapat melengkapi para pembeli dengan informasi yang memperkuat kesadaran dan pengetahuan tentang produk perusahaan yang diiklankan, mempengaruhi sikap dan kesukaan pembeli, serta memotivasi pembeli untuk mengambil tindakan positif berkenaan dengan produk yang sedang dipasarkan.

Selain pengertian diatas , terdapat beberapa pengertian periklanan menurut beberapa ahli sebagai berikut :
1. Menurut Kotler dan Amstrong, 1994 : 106
Periklanan adalah setiap bentuk penyajian dan promosi bukan
pribadi mengenai gagasan, barang, atau jasa yang dibayar oleh
sponsor tertentu.

2. Menurut Rhenald, 1995 : 1
Periklanan adalah keseluruhan proses yang meliputi persiapan,
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan.

3. Menurut Dunn and Barban, 1996 : 7
Periklanan adalah komunikasi non personal melalui beragam
media yang dibayar oleh perusahaan bisnis, organisasi-organisasi
non profit dan individu-individu, yang dalam beberapa cara
memperkenalkan dalam pesan periklanan dan berharap untuk
memberitahu atau membujuk anggota-anggot dari penerima
pesan tertentu.

4. Rhenald, 1995 : 11
Masyarakat p eriklanan Indonesia memberikan definisi iklan
sebagai : segala bentuk pesan tentang suatu produk yang
disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh
masyarakat.

2.1.2 Tujuan Periklanan
Dalam melaksanakan program periklanan tidak terlepas dari tujuan periklanan yaitu menunjang keberhasilan pemasaran suatu produk sehingga penjualan dan laba dapat meningkat. Definisi tujuan menurut Kotler ( 1997 : 58 ) “ An advertising goal is a specific communication task and achievement level to be accomplished with a specific audience in a specific period of time “
Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa tujuan advertising adalah suatu komunikasi khusus yang bertugas untuk mencapai suatu target pemirsa tertentu di dalam periode waktu tertentu.

Menurut Kotler ( 1997 : 601 – 603 ), tujuan periklanan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu : Informative advertising digunakan secara gencar pada saat perusahaan mau memperkenalkan suatu produk baru, dimana tujuannya adalah membangun permintaan pokok atas kategori produk tersebut. Juga memberitahu pasar yang akan dituju tentang penawaran perusahaan. Promosi yang bersifat informasi umumnya dilakukan pada tahap awal siklus kehidupan produk. Selain itu malalui informative advertising ini perusahaan dapat menyarankan penggunaan baru untuk suatu produk , memperbaiki pemikiran yang keliru serta membangun citra perusahaan.

Persuasive advertising dibutuhkan pada tahap persaingan dimana tujuannya untuk membangun permintaan yang selektif akan merek produk tertentu. Iklan yang bersifat membujuk terutama diarahkan untuk mendorong pembelian. Iklan ini akan menjadi dominan jika produk tersebut mulai memasuki tahap pertumbuhan pada di dalam siklus kehidupan produk. Disini perusahaan dapat membangun preferensi merek, berusaha agar konsumen beralih kepada merek perusahaan, mempersuasi konsumen agar membeli sekarang juga serta merubah persepsi konsumen terhadap atribut produk Reminder advertising iklan yang bersifat mengingatkan ini dilakukan terutama untuk menggunakan produk tersebut dan selalu ingat akan produk tersebut.

2.1.3 Fungsi Dasar Periklanan
Terdapat empat macam fungsi dasar periklanan, yaitu :
1. Precipitation :menciptakan kesadaran dan merangsang kebutuhan dan keinginan. Usaha untuk menggerakkan hati konsumen dari keadaan ragu-ragu menjadi memikirkan pembelian suatu merek atau ide pendukung yang mungkin nyata. Hal ini membuat terciptanya suatu tingkat kesadaran umum pada penerima pesan.

2. Persuasion : mendorong tindakan dan menciptakan janji. Usaha untuk menggerakkan konsumen pada suatu tingkat pembelian. Proses ini memerlukan waktu dalam menit, jam, hari, bilan atau genap setahun, tetap itu merupakan sasaran utama dari seluruh periklanan. Dengan menggunakan daya penarik untuk emosi dasar seperti cinta, benci, takut, atau keutuhan untuk harga diri, yang perusahaan untuk mengembangkan penjualan actual.

3. Reinforcement : mendukung keputusan konsumen sebelumnya.
Usaha untuk menyediakan informasi yang akan mengakibatkan pilihan-pilihan sebelumnya. Beberapa informasi membuat kita merasa senang mengenai keputusan kita membeli sebuah merek tertentu atau tidak membeli merek lain.

4. Reminder : menciptakan kebiasaan, aksi sebagai alat pemicu untuk menciptakan periklaku merek kebiasaan ( Brand Loyalty ) akan pengalaman-pengalaman . Secara jelas, periklanan dari sebagian besar konsumen barang industri adalah pada tipe ini. Maksud untuk mempertahankan nama merek tetap segar, tidak perlu menambah pangsa pasar. ( Burnet, 1998 : 245-246).

2.1.4 Karakteristik Iklan yang Baik
Menurut Kotler ( 1997 : 493 ), pesan iklan yang baik adalah sebagai berikut :
a. Through Purchase, dari ungkapan tersebut dapat dijelaskan bahwa penyajian pesan yang baik
haruslah :
  1. Dapat menimbulkan perhatian, maksudnya adalah dalam menyajikan suatu iklan harus dapat menimbulkan perhatian baik dalam bentuk dan media apapun, dimana perhatian itu dapat bertujuan secara umum atau khusus kepada calon konsumen yang dituju. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat gambar atau tulisan-tulisan yang menarik atau menyolok, lagu yang menarik dan mudah untuk diingat, kata-kata yang menarik misalnya mengandung janji , jaminan , keistimewaan, anjuran dan sebagainya
  2. menarik maksudnya adalah iklan harus dapat menimbulkan perasaan ingin tahu, ingin membaca, mendengar dan melihat
    lebih seksama setelah iklan yang dibuat tersebut sudah bisa menarikperhatian bagi konsumennya. Hal ini banyak dilakukan perusahaan misalnya dengan menggunakan figure artis atau actor, tokoh eksekutif, dan sebagainya.
  3. Dapat menimbulakan keinginan. Disini perusahaan harus mengetahui motif seseorang dalam melakukan pembelian sebelum mengadakan penyajian advertensi tersebut baru dapat menimbulkan keinginan seseorang untuk membeli. Motif pembelian dibedakan menjadi motif rasional dan emosional. Dalam motif rasional, disini orang akan mempertimbangkan untung atau ruginya dalam pembelian misalnya dalam hal kualitas harga, daya guna dan sebagainya. Sedangkan motif emosional pembelian terhadap barang berdasarkan pada emosi. Misalnya membeli barang atas dasar prestise. Agar iklan yang disajikan mengena pada sasaran pada penyajiannya diarahkan supaya orang membeli dengan merek tertentu. Jadi konsumen diarahkan supaya orang membeli merek tertentu. Jadi konsumen diarahkan untuk mengetahui ciri khas serta keunggulan dari produk yang diiklankan sehingga dapat menimbulkan keinginan untuk membeli.
  4. Memperoleh tindakan. Setelah timbul keinginan yang kuat, maka konsumen akan mengambil tindakan, yakni membeli produk yang ditawarkan. Selanjutnya jika konsumen merasa puas maka konsumen akan melakukan pembelian ulang, atau bahkan sering secara tidak langsung mempengaruhi konsumen lain untuk membeli produk tersebut.

2.1.5 Proses Iklan
Penyampaian pesan suatu iklan mengalmi suatu proses dalam benak konsumen. Proses tersebut terjadi pada saat penayangan iklan dan komunikasi yang ditimbulkan dari hasil tayangan tersebut. Proses ini adalah suatu tanggapan yang ditimbulkan dari audience. Tayangan suatu iklan bekerja melelui proses yang terdiri dari beberapa langkah Maker to see or hear the advertisement. Processing is what goes on during exposure ang sometimes afterwards is the decision maker stills thinking about the add. There are four main processing responses that can occur ( Rossiter dan Percy, 1996 : 195 ).


Proses dari tanggapan tersebut melalui dari berbagai rangkaian tahap pembentukan hal ini sesuai dengan yang telah dikemukakan oleh Rossiter dan Percy. Tahap exposure merupakan upaya produk menempatkan iklan pada media massa. Tujuannya agar produk atau jasa yang ditawarkan dapat diketahui, didengar, dibaca, dilihat oleh konsumen potensial.


Tahap processing, meliputi langkah-langkah calon pembeli yang spontan seperti perhatian, belajar, penerimaan dari reaksi emosional. Processing tidak akan berhasil apabila tidak mendapat tanggapan dari konsumen, tetapi apabila berhasil akan menuju pada tahap ketiga. Tahap, merupakan reaksi jalan pikiran calon pembeli terhadap suatu merek dan berhubungan dengan seleksi merek dan efek komunikasi ini bersifat permanent. Tahap emotion, merupakan pengambilan keputusan oleh calon pembeli. Keputusan konsumen tersebut merupakan suatu pertimbangan untuk melakukan pembelian produk atau tidak. Proses-proses tahap ini diperkuat dengan pendapat Rossiter dan Percy ( 1996 : 197 ).


Tanggapan dari processing dipengaruhi oleh elemen-elemen dalam iklan, Elemen iklan tersebut menurut Rossiter dan Percy ( 1996 : 209 ) adala h heard work dan sound effects, colors dan movement. elemen yang dikemas dalam suatu iklan yang baik, dimana terdapat kesesuaian antara enam elemen yang ada, akan menarik perhatian konsumen. Dengan adanya proses yang ditimbulkan dari tayangan suatu iklan, maka secara tidak langsung timbul pula komunikasi antara produsen dan konsumen. Selanjutnya perlu diperhatikan tanggapan konsumen tersebut juga tergantung dari jenis produk yang dipromosikan. Iklan pada media televisi, selain mengalami proses dalam benak konsumen juga kemampuan untuk menggambarkan emosi, sebab pada media televise terdapat berbaga macam kombinasi elemen iklan seperti : suara, kata-kata, gambar, adegan, tulisan dan symbol yang menarik dalam suatu tayangan iklan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Rossiter dan Percy ( 1996 : 197 ) yang mengatakan ada keterkaitan anatra elemen iklan dan emosi.


Pengertian ini dapat dinyatakan bahwa dalam membuat kreativitas, iklan yang baik harus mempunyai bermacam-macam rangsangan (stimuli) berupa elemen-elemen yang digabungkan menjadi satu, untuk dimasukkan dalam suatu iklan agar nantinya diperoleh hasil suatu emosi yang bervariasi dan berbagai macam.

D. Metodologi Penelitian
Data penelitian
1. Sumber Data
Data yang diteliti diperoleh dari hasil pembagian kuesioner kepada mehasiswa dan mahasiswi S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma yang pernah melihat tayangan iklan Indosat versi Saykoji dan versi Idol.

2. Tipe Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu , data
yang diperoleh dengan cara membagikan kuesioner kepada mahasiswa
mahasiswi S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, dan pengumpulan
data melalui media internet.

Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penulisan ini adalah mahasiswa mahasiswi S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma yang pernah melihat iklan Indosat versi Saykoji dan versi Idol.

Variabel Penelitian
Efektivitas iklan dapat diukur dengan menggunakan EPIC model. EPIC model yang dikembangkan oleh AC Nielsen,salah satu perusahaan peneliti pemasaran terkemuka di dunia, mencakup empat dimensi kritis yaitu sebagai berikut :
1. Dimensi Empaty ( Empathy)
Dimeni empaty memberikan informasi yang berharga tentang daya tarik suatu merek. Empati merupakan keadaan mental yang membuat seseorang mengidentifikasikan dirinya atau merasa dirinya pada keadaan perasaan atau fikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. ( Kamus besar Bahasa Indonesia, 1988 : 228). Empati melibatkan afeksi dan kognisi konsumen, menurut J.Paul Peter dan Jerry C Olson ( 1996 ), afeksi dan kognisi mengacu pada dua tipe tanggapan internal psikologis yang dimiliki konsumen terhadap rangsangan lingkungan dan kejadian yang berlangsung. Dalam bahasa yang lebih sederhana, afeksi melibatkan perasaan, sementara kognisi melibatkan pemikiran, variasi tanggapan afektif dapat berupa penilaian positif, negative, menyenangkan atau tidak menyenangkan, dan konsumen dapat merasakan empat jenis tanggapan efektif yaitu emosi, perasaan khusus, suasana hati dab evaluasi yang berbeda dalam tingkat intensitas dan daya improvisasinya.

2. Dimensi Persuasi ( Persuasion )
Dimensi Persuasi menginformasikan apa yang dapat diberikan suatu iklan untuk meningkatkan atau penguatan karakter suatu merek , sehingga pemasang iklan memperoleh pemahaman tentang dampak iklan terhadap keinginan konsumen untuk membeli serta memperoleh kemampuan suatu iklan dalam mengembangkan daya tarik suatu merek.
Persuasi ( persuasion ) adalah perubahan kepercayaan, sikap, dan keinginan berperilaku yang disebabkan satu komunikasi promosi. Komunikasi promosi, seperti periklanan, yang bisa mempengaruhi konsumen dapat menggunakn dua proses kognitif , yaitu : “ jalur sentral ” dan “ jalur peripheral ” menuju persuasi. Proses persuasi yang akan dipakai ditentukan dengan tingkat keterlibatan konsumen dalam pesan produk ( Peter dan Olson 1996 ). Jalur sentral menuju persuasi cenderung muncul ketika tingkat keterlibatan konsumen meningkat. Pada jalur sentral, konsumen : memfokuskan diri pada pesan produk “ dalam iklan. Konsumen menerjemahkan pesan produk dalam iklan tersebut,lalu membentuk kepercayaan tentang ciri-ciri dan konsekuensi produk, serta mengintegrasikan makna tersebut untuk membentuk sikap dan keinginan. Jalur periferal menuju persuasi ( peripheral route persuasion ) cenderung muncul ketika tingkat keterlibatan konsumen lebih rendah. Dalam jalur periferal, konsumen tidak memfokuskan diri dari pesan produk dalam sebuah iklan tetapi pada perangsang “periferal”, seperti selebriti atau musik yang popular dan menarik.


3. Dimensi Dampak ( Impact)
Dimensi Imapct menunjukkan, apakah suatu merek dapat terlihat menonjol dibandingkan merek lain pada kategori yang serupa dan apakah suatu iklan mampu melibatkan konsumen dalam pesan yang disampaikan. Dampak ( Impact ) yang diinginkan dari hasil iklan adalah jumlah pengetahuan produk (product knowledge) yang dicapai konsumen melalui tingkat keterlibatan ( involvement ) konsumen dengan produk dan proses pemilihan.
Konsumen memiliki tingkat pengetahuan produk (levels of product knowledge) yang berbeda - beda, yang dapat digunakan untuk menerjemahkan informasi baru dan membuat pilihan pembelian. Konsumen dapat memiliki empat tingkat pengetahuan produk, yaitu : kelas produk, bentuk produk, merek, dan model. Selain itu konsumen juga dapat memiliki tiga jenis pengetahuan produk, yaitu pengetahuan tentang ciri atau karakter produk, konsekuensi atau manfaat positif menggunakan produk, dan nilai yang akan dipuaskan atau dicapai suatu produk. Keterlibatan ( involvement ) mengacu pada persepsi konsumen tentang pentingnya atau relevansi personal suatu objek, kejadian, atau aktifitas. Konsumen yang melihat bahwa suatu produk memiliki konsekuensi yang relevan secara pribadi, maka konsumen dikatakan terlibat dengan produk tersebut dan memiliki hubungan dengan produk tersebut dan memiliki hubungan dengan produk tersebut. Konsekuensi dengan suatu produk atau suatu merek memiliki aspek kognitif maupun pengaruh.
Secara Kognitif, yang termaksud dalam keterlibatan adalah pengaruh, seperti evaluasi produk. Jika keterlibatan suatu produk tinggi, maka orang akan mengalami tanggapan pengaruh yang lebih kuat, seperti emosi dan perasaan yang kuat, seperti emosi dan perasaan yang kuat. Keterlibatan dapat berkisar dari tingkat yang rendah – sedikit atau tidak ada relevansinya – ketingkat yang moderat – ada relevansi yang dirasakan – hingga ketingkat yang tinggi – relevansinya sangat dirasakan. Keterlibatan adalah status motivasi yang menggerakan serta mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada saat mereka membuat keputusan.

4. Dimensi Komunikasi
Dimensi komunikasi memberikan informasi tentang kemampuan konsumen dalam mengingat pesan utama yang disampaikan , pemahaman konsumen , serta kekuatan kesan yang ditinggalkan pesan tersebut. Perspektif pemrosesan kognitif adalah inti untuk mengembangkan strategi pemasaran yang berhasil yang merupakan permasalahan komunikasi.
Proses dimulai ketika sumber komunikasi promosi menentukan informasi apa yang harus dikomunikasikan, kemudian dengan meng-enkoding pesan tersebut dalam bentuk simbol-simbol yang paling tepat ( menggunakan kata, gambar, atau tindakan ). Kemudian, pesan ditransmisikan ke sebuah penerima melalui berbagai media, seperti pertunjukan televisi, penawaran via pos, billboard, atau mejalah. Penerima atau konsumen, jika digiring ke suatu promosi, harus men-dekoding atau menerjemahkan maknanya. Kemudian, konsumen dapat mengambil tindakan, seperti ke toko atau melakukan pembelian. Dua tahapan model komunikasi sangat dibutuhkan, khusunya demi keberhasilan penerapan startegi promosi. Tahapan pertama terjadi ketika pemasar menciptakan komunikasi promosi untuk meng-enkoding suatu makna. Tahap kedua adalah pen-dekoding-an, yaitu konsumen masuk dan memahami informasi dalam komunikasi promosi dan mengambangkan interpretasi pribadi mereka terhadap makna yang ditangkap.

Alat Yang Digunakan
Alat bantu yang digunakan untuk mencari keterkaitan diantara variabel-variabel
tersebut diatas adalah SPSS 13.0 forwindows. SPSS merupakan peranti lunak atau software yang berbasis windows yang digunakan untuk menganalisa data statistik agar dapat diolah, ditampilkan, dan dimanipulasi sehingga dapat menyajikan suatu informasi sesuai kehendak pengguna. Angka 5.0 dan 13.0 merupakan nomor versi SPSS.

Model Analisis
Untuk mencari keterkaitan antara variabel yang tercakup dalam penelitian ini,
penulis menggunakan analisis regresi linier dengan metode kuadrat terkecil. Analisis
regresi bertujuan untuk mengetahui koefisien korelasi, koefisien determinasi, dan
koefisien regresi. Selanjutnya penulis melakukan pengujian hipotesi yaitu pengujian
hipotesis secara parsial menggunakan t test dan pengujian hipotesis secara simultan
menggunakan F test.

E. Rencana Biaya Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian karya ilmiah untuk memenuhi salah satu
syarat guna memperoleh gelar sarjana pada universitas gunadarma, maka semua biaya
penelitian ditanggung oleh penulis.

F. Jadwal Waktu Penelitian
Minggu I : Persiapan
Minggu II – IV : Pengumpulan data dan embagian kuesioner
Minggu V – IX : Penyusunan BAB I sampai BAB IV
Minggu X- XII : Laporan Akhir

Daftar Pustaka :
1. Rhenald Kasali, 1995, Manajemen Periklanan : Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Edisi Keempat, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta
2.http://digilib.petra.ac.id/viewer.php 3. http://dahlanforum.wordpress.com/2009/04/07/tujuan-periklanan/ 4. www.pdfqueen.com/.../penyelesaian-persamaan-non-linier-dengan-metode-tabulasi/ 5. http://74.125.153.132/search?q=cache%3Aa14gmlD7IPUJ%3Adigilib.petra.ac.id%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fikom%2F2007%2Fjiunkpe-ns-s1-2007-51402101-5257-indosat-chapter1.pdf+bab+1+efektifitas+iklan+indosat&hl=id&gl=id

Kelompok Bahasa Indonesia 2

Penalaran Deduksi
Penalaran Deduksi adalah sutu proses berfikir yang bertolak dari suatu proposisi yang sudah ada menuju kepada proposisi yang baru.
Deduksi berasal dari kata : DE yang artinya dari
DUCERE yang artinya menghantar atau memimpin.

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya[1].

Dalam metode hipotetik-deduktif, hipotesis sebaiknya falsifabel, berarti bahwa mungkin bahwa itu bisa diperlihatkan bahwa itu adalah salah, biasanya oleh pengamatan.

Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap problema. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan/ menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.

Contoh:
Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena langit mendung, maka..) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa saat kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru.

Teori
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta .[1] Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara "sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika.

Dalam ilmu pengetahuan, teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya.
Manusia membangun teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu (misalnya, benda-benda mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah laku hewan). Sering kali, teori dipandang sebagai suatu model atas kenyataan (misalnya : apabila kucing mengeong berarti minta makan). Sebuah teori membentuk generalisasi atas banyak observasi dan terdiri atas kumpulan ide yang koheren dan saling berkaitan.

Istilah teoritis dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang diramalkan oleh suatu teori namun belum pernah terobservasi. Sebagai contoh, sampai dengan akhir-akhir ini, lubang hitam dikategorikan sebagai teoritis karena diramalkan menurut teori relativitas umum tetapi belum pernah teramati di alam.

Terdapat miskonsepsi yang menyatakan apabila sebuah teori ilmiah telah mendapatkan cukup bukti dan telah teruji oleh para peneliti lain tingkatannya akan menjadi hukum ilmiah. Hal ini tidaklah benar karena definisi hukum ilmiah dan teori ilmiah itu berbeda. Teori akan tetap menjadi teori, dan hukum akan tetap menjadi hukum.[2]
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori

Analogi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Contohnya pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.

A. PENGERTIAN
Analogi adalah suatu bentuk penalaran dengan jalan mempersamakan dua hal yang berlainan. Kedua hal itu diperbandingkan untuk dicari persamaannya. Analogi dilakukan dengan mempersamakan kedua hal yang sebenarnya berlainan.

Analogi dan generalisasi dapat dikatakan mempunyai hubungan, dalam analogi kita membandingkan dua hal atau lebih yang memiliki kesamaan tertentu pada beberapa segi dan menyimpulkan keduanya memiliki kesamaan dalam segi yang lain. Sedangkan generalisasi memperhatikan hal yang sama dari hal-hal yang berbeda dan kesimpulannya bersifat universal, sedangkan pada analogi kesimpulannya berlaku partikular.

B. MACAM-MACAM ANALOGI
Dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsur, yaitu:
1.Peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi
2.Persamaan prinsipal yang menjadi pengikat
3.Fenomena yang hendak kita analogikan

Dari unsur-unsur tersebut akan muncul berbagai macam analogi, seperti:
1.Analogi Induktif
Analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsipal yang ada pada dua fenomena, kemudian menarik kesimpulan bahwa yang ada pada peristiwa pertama juga ada pada peristiwa kedua.

Contoh:
a.Sarno anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur
b.Sarni anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur
c.Sardi anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur
d.Sarto adalah anak pak Sastro
Sarto anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur

Berbeda dengan generalisasi induktif yang kesimpulannya berupa proposisi universal, konklusi analogi tidak selalu berupa proposisi universal, namun tergantung dari subyek yang diperbandingkan. Subyek analogi dapat individual, partikular maupun universal. Tetapi sebagai penalaran induksi, konklusi yang ada lebih luas daripada premis-premisnya. Tiga anak Pak Sastro yang rajin dan jujur tidak dapat menjamin bahwa anaknya yang keempat juga rajin dan jujur.

2.Analogi Deklaratif
Analogi yang menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang di kenal.
Contoh:
Ilmu pengetahuan dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana sebuah rumah dibangun oleh batu-batu. Tapi tidak semua kumpulan fakta adalah ilmu, sebagaimana tidak semua kumpulan batu adalah rumah.

3.Analogi Noninduktif (analogi logis)
a.“Hanya orang bijaksana yang menyukai puisi”. Kalimat tersebut sama maknanya dengan “Semua orang bijaksana menyukai puisi”.
b.“Hanya perempuanlah yang mengandung dan melahirkan anak”, kalimat tersebut tidak sama dengan “Semua perempuan mengandung dan melahirkan anak”.

Kedua kalimat diatas mempunyai pola yang sama yaitu “Hanya….yang…”, namun analogi diatas bukan merupakan analogi induktif, karena kesimpulannya tidak bersifat empiris.
Artinya kesimpulan dari analogi noninduktif tidak dapat di diskonfirmasi atau disangkal oleh bukti-bukti empiris. Namun analogi tersebut juga bukan analogi deduktif, karena argumen deduktif dapat di nilai benar salahnya dengan mengacu pada bentuk logis tertentu atau definisi istilah yang di gunakan. Oleh karena itu, analogi ini dapat di sebut analogi logis non induktif tapi juga nondeduktif.

C. CARA MENILAI ANALOGI
Untuk mengukur sejauh mana sebuah analogi dapat di percaya, diketahui dengan alat sebagai berikut:
1.Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang di analogikan.
Semakin besar atau semakin banyak peristiwa sejenis yang di analogikan, semakin besar pula tarap ketrpercayaannya.

2.Sedikit banyaknya aspek yang menjadi dasar analogi.

3.Sifat dari analogi yang kita buat. Semakin rendah taksiran yang kita analogikan semakin kuat analogi itu.

4.Mempertimbangkan unsur yang berbeda pada peristiwa yang di analogikan. Semakin banyak pertimbangan atas unsur2 yang berbeda semakin kuat keterpercayaan analoginya.

5.Relevan atau tidaknya masalah yang di analogi. Bila tidak relevan analogi tidak akan kuat dan bisa gagal.

D. KESESATAN ANALOGI
Kesesatan dalam analogi bisa terjadi karena kita terlalu cepat menarik konklusi, sedangkan fakta yang di jadikan dasar tidak cukup mendukung konklusi tersebut atau terlalu sedikit. Kemudian terjadi karena Kecerobohan dan Prasangka.

Contoh:
1.Seorang pria bertemu seorang gadis Solo di pesta, kemudian di sebuah toko dia bertemu seorang gadis solo yang lain, sewaktu melihat pentas dia melihat seorang gadis solo menari. Ketiga gadis itu sama-sama luwes. Lalu dia beranggapan “Semua gadis Solo luwes”.

2.“Saya pernah di keraton Surakarta, saat Sri Susuhunan berulang tahun. Saya melihat lima belas gadis, semua berkebaya dan cantik. Memang semua gadis Surakarta itu berkebaya dan cantik ”.

3.Seorang pemuda luar pulau menikahi gadis Solo dan membawanya pulang kampung. Ibunya berkata, “Istrimu kalau bicara seperti penjual ayam di pasar?”, jawab pemuda tersebut “Ah, itu karena ibu kalau bicara keras-keras sehingga ia kira ibu kurang pendengaran”. Suatu saat ibunya berkata, “Istrimu jalannya kok seperti di kejar maling?”, “Ah, itu karena ibu selalu membuat dia terkejut dan ketakutan”.

Selain ketiga hal tersebut diatas, analogi juga bisa keliru karena membuat persamaan yang tidak tepat.
Contoh:
“Antara kita dan binatang mempunyai persamaan yang sangat dekat. Binatang bernafas, kita juga bernafas. Binatang makan, kita juga makan. Binatang tidur dan istirahat, kita juga tidur dan istirahat. Binatang kawin, kita juga kawin. Jadi dalam keseluruhan binatang sama dengan kita.”
Pernyataan di atas hendak menyimpulkan bahwa manusia sama dengan binatang dengan mempertimbangkan persamaan-persamaan yang ada pada keduanya, padahal yang di samakan itu bukan masalah yang pokok.

http://id.wikipedia.org/wiki/Analogi
http://komunitasmahasiswa.info/2008/12/analogi-suatu-logika/


Salah Nalar
Salah nalar adalah kesalahan struktur atau proses formal penalaran dalam menurunkan kesimpulan sehingga kesimpulan tersebut menjadi tidak valid. Jadi berdasarkan pengertian tersebut, salah nalar bisa terjadi apabila pengambilan kesimpulan tidak didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran yang valid. Terdapat beberapa bentuk salah nalar yang sering kita jumpai, yaitu: menegaskan konsekuen, menyangkal antiseden, pentaksaan, perampatan-lebih, parsialitas, pembuktian analogis, perancuan urutan kejadian dengan penyebaban, serta pengambilan konklusi pasangan.

http://dwiermayanti.wordpress.com/2009/03/14/penalaran/

Sabtu, 27 Februari 2010

Bahasa Indonesia 2

Deduksi Tidak Langsung


1. Silogisme Kategorial → 2(dua) proposisi yang berlainan

Contoh :
a. Semua buah adalah bervitamin
b. Apel adalah buah
c. Jadi,apel adalah bervitamin

2. Silogisme Hipotesis

Contoh :
a. Jika air dimasak mendidih
b. Air dimasak
c. Jika air mendidih

3. Silogisme Alternatif → 2(dua) premis alternatif

Contoh :
a. Angga adalah seorang karyawan atau pejabat
b. Angga adalah seorang pejabat
c. Jadi, Angga bukan seorang karyawan

4. Entimen → silogisme premis mayornya tidak mempunyai premis mayor

Contoh :
a. Semua pengusaha adalah kaya
b. Sani adalah seorang pengusaha
c. Jadi, Sani adalah kaya
d. Sani adalah kaya karena Sani seorang pengusaha

5. Rantai Deduksi

Contoh :
a. Semua ikan banyak tulangnya
b. Saya diberi ikan
c. Jadi saya tidak menerimanya
d. Sebab saya tidak suka ikan
e. Karena ikan banyak tulangnya
f. Saya pernah memakan ikan
g. Ternyata ikan banyak tulangnya
h. Jadi saya tidak pernah memakan ikan lagi

Jumat, 26 Februari 2010

Bahasa Indonesia 2

Deduksi secara langsung

1. Semua S adalah P (premis)
Sebagian P adalah S (simpulan)

Contoh :
a. Semua tahanan terlibat kejahatan
b. Sebagian terlibat kejahatan adalah tahanan

a. Semua karyawan bekerja dengan baik
b. Sebagian bekerja dengan baik adalah karyawan

2. Tidak satupun S adalah P
Tidak satupun P adalah S

Contoh :
a. Tidak satupun manusia adalah hewan
b. Tidak satupun hewan adalah manusia

a. Tidak satupun kopi adalah susu
b. Tidak satupun susu adalah kopi

3. Semua S adalah P
Tidak satupun S adalah tak P

Contoh :
a. Semua cabai adalah pedas
b. Tidak satupun cabai adalah tak pedas

a. Semua pengacara adalah pembela
b. Tidak satupun pengacara adalah tak pembela

4. Tidak satupun S adalah P
Semua S adalah tak P

Contoh :
a. Tidak satupun TV adalah radio
b. Semua TV adalah tak radio

a. Tidak satupun baju adalah celana
b. Semua baju adalah tak celana

5. Semua S adalah tak P
Tidak satupun S adalah P
Tidak satupun tak P adalah S

Contoh :
a. Semua burung adalah unggas
b. Tidak satupun burung adalah tak unggas
c. Tidak satupun tak unggas adalah burung

a. Semua makhluk hidup adalah ciptaan tuhan
b. Tidak satupun makhluk hidup adalah tak ciptaan tuhan
c. Tidak satupun tak ciptaan tuhan adalah makhluk hidup

Rabu, 24 Februari 2010

Perilaku Konsumen

Manajemen Bisnis – Prinsip dan Standarisasi Manajemen Perusahaan

Pendahuluan
Bisnis merupakan kegiatan dalam menjual produk atau jasa agar memberikan keuntungan bagi pemiliknya. Bisnis merupakan kegiatan beresiko memberikan kerugian baik dari segi material atau non-material. Namun bila berhasil maka akan memberikan keuntungan dan kesejahteraan bagi pemiliknya. Agar terhindar dari resiko bisnis maka bisnis harus dijalankan dengan tepat dengan perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang serius dan mantap. Bisnis terdiri atas beberapa komponen penting yang saling mendukung dan melengkapi. Bila salah satu komponen gagal maka akan mengganggu komponen lain. Berikut adalah komponen-komponen bisnis tersebut:

* Manajemen, yaitu bagian yang merencanakan, mengelola, dan menjalankan bisnis. Komponen ini bisa disebut sebagai backend yaitu komponen yang berada di belakang layar.
* Kekuatan brand atau image, yaitu karisma, kekuatan emosional yang dimiliki oleh perusahaan dan merupakan pandangan/perasaan masyarakat terhadap perusahaan atau produk.
* Produk atau Layanan, komponen yang dijual atau ditawarkan kepada pasar. Komponen ini bisa disebut sebagai front end karena komponen ini berada didepan. Komponen inilah yang berhadapan dengan masyarakat.
* Partner, yaitu pihak yang ikut membantu dalam menjalankan bisnis.
* Pelanggan, yaitu pihak yang akan menerima tawaran atau membeli produk dan layanan yang ditawarkan.

Saya akan membahas komponen-komponen diatas satu persatu disertai kriteria, prisip, dan standar yang perlu dipenuhi agar tiap komponen dapat berfungsi maksimal sesuai yang diharapkan. Tiap komponen tidak dapat berdiri sendiri karena gangguan pada satu komponen akan mengganggu komponen lain. Saya akan menulis pemikiran saya berdasarkan pengalaman, buku-buku manajemen bisnis, dan studi kasus pada perusahaan-perusahaan tertentu. Pada posting ini saya akan membahas pada komponen Manajemen. Dan saya akan teruskan pada tulisan-tulisan berikutnya.
Manajemen

Manajemen suatu perusahaan adalah nyawa dari suatu perusahaan. Manajemen yang menentukan pertumbuhan atau kebangkrutan suatu perusahaan. Dengan adanya suatu pengelolaan dan manajemen yang baik maka suatu perusahaan akan mampu bertahan dari segala tekanan, kendala, dan rintangan yang ada. Bahkan akan berkembang menjadi lebih besar dan lebih baik lagi. Dalam mengelola perusahaan maka ada prinsip dan standarisasi dimana hal-hal tersebut akan sangat membantu perkembangan perusahaan bila diterapkan dengan baik. Prisip dan standar ini bukanlah nilai mutlak dalam kesuksesan suatu perusahaan. Tidak selamanya suatu perusahaan yang telah melakukan segala sesuatunya dengan baik akan sukses. Terkadang ada beberapa kendala atau halangan yang tidak dapat dihindari contohnya tertipu rekan kerja atau tertimpa bencana serta kendala-kendala lainnya. Berikut adalah beberapa prinsip dan standarisasi yang diharapkan mampu mendukung kemajuan dan perkembangan suatu perusahaan:

1. Perancanaan yang Matang
Sebelum suatu perusahaan berdiri maka biasanya modal merupakan kendala awal yang harus dipenuhi sebelum perusahaan berjalan. Tidak selamanya modal besar pasti memberikan keuntungan besar. Pengelolaan modal yang efektif dan efisien akan memberikan keuntungan yang maksimal. Untuk kita kita harus melakukan perhitungan modal dan biaya yang diperlukan untuk operasional perusahaan dalam jangka beberapa waktu ke depan. Kita harus mampu memberikan anggaran yang aman untuk operasional perusahaan dalam beberapa waktu kedepan. Jadi bukan mengamankan anggaran hanya untuk hari ini dan besok. Dengan adanya pengamanan anggaran dalam jangka panjang maka perusahaan akan mampu bertahan bila mengalami kendala atau bencana yang sifatnya mendadak dan tidak diperhitungkan sebelumnya.
Dengan melakukan perencanaan dan perancangan perusahaan secara matang maka perusahaan akan siap menghadapi berbagai kendala dan rintangan karena telah diperhitungkan sebelumnya. Misalnya dalam membuat suatu produk maka kita harus melakukan penelitian terlebih dahulu mengenai pasar, konsumen, produk pesaing, dan kendala-kendala yang mungkin akan muncul agar produk kita tepat sasaran dan tidak gugur bila terkena berbagai tekanan dan kendala yang muncul. Saat ini penggunaan teknologi informasi dalam kegiatan bisnis mampu memudahkan dan mempercepat perencanaan perusahaan. Sistem yang digunakan disebut Enterprise Resource Planning(ERP) dimana sistem ini melakukan perencanaan dengan konsep Manajemen Operasional dengan suatu aplikasi yang terintegrasi. Beberapa kegiatan manajemen dapat terbantu dengan sistem ini seperti inventory management, financial management, reporting, manufacturing management, dan kegiatan lainnya.

2. Sumber Daya Manusia yang Berkualitas, Loyal, dan Sejahtera.
Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan kunci penggerak perusahaan. Dengan adanya SDM yang mampu menggerakkan perusahaan dengan baik maka suatu perusahaan akan mampu berkembang dan melakukan bisnisnya dengan efektif dan efisien. SDM yang berkualitas tidaklah cukup untuk menjalankan perusahaan dalam jangka panjang. Diperlukan loyalitas pegawai terhadap perusahaan tempat dimana dia bekerja. Dengan membangun hubungan emosional antara perusahaan dan pegawainya maka seorang pegawai akan berusaha semaksimal mungkin memberikan kontribusi terbaik buat perusahaan. Tanpa adanya hubungan emosional antara perusahaan dan pegawai maka pegawai hanya menjalankan kewajibannya tanpa memberikan seluruh kemampuannya untuk perusahaan. Bila kewajibannya telah dilakukan maka dia hanya akan berjalan ditempat tanpa memberikan inovasi, kreatifitas, dan ide cemerlang yang sebenarnya bisa dilakukan bila pegawai memiliki ikatan emosional yang membuat dia ingin ikut membangun dan mengembangkan perusahaan menjadi lebih baik.
Sumber daya manusia yang berkualitas, dan loyal belum tentu dapat memberikan kontribusi terbaik yang dimilikinya. Manusia yang memiliki kebutuhan tentu akan berusaha agar dapat memenuhi segala kebutuhannya. Bila seorang pegawai merasa bahwa penghasilan yang dimilikinya tidak memenuhi kebutuhannya maka tentu dia akan berusaha untuk mencari jalan agar dapat memenuhi seluruh kebutuhannya. Bila hal ini terjadi maka pegawai mencari kerja sampingan yang akan menyita waktu, pikiran, dan tenaganya sehingga ia tidak dapat memberikan kemampuannya secara maksimal pada perusahaan. Mengapa terkadang beberapa perusahaan melakukan meeting, atau penyusunan anggaran di hotel padahal kantor mereka memiliki fasilitas yang sama dengan hotel? Mungkin buat sebagian orang hal ini adalah pemborosan, tapi dampak baiknya adalah para peserta meeting atau rapat akan lebih berkosentrasi dan memberikan pemikiran mereka secara maksimal tanpa terganggu oleh masalah lainnya seperti macet di perjalanan ke kantor, permasalahan di rumah, dan kendala-kendala di luar perusahaan. Dengan adanya dukungan dari perusahaan agar pegawai tidak dipusingkan oleh hal-hal lain diluar perusahaan maka pegawai diharapkan dapat memberikan kontribusi maksimal buat perkembangan perusahaan.

3. Manager yang Terbuka, Tegas, dan Demokrat
Kepemimpinan seorang manager merupakan penunjuk jalan yang benar bagi perusahaan. Mereka adalah nakhoda kapal yang akan menentukan apakah perusahaan akan mencapai tujuan atau tidak. Jiwa kepemimpinan yang berwibawa harus dimiliki oleh seorang manager perusahaan, namun dengan wibawa bukan berarti bersikap tertutup terhadap pegawainya. Justru sikap terbuka seorang pemimpin yang mau menerima masukan dan saran dari bawahannya akan membantu seorang manager dalam memimpin perusahaan atau departement yang dibawahinya. Ketegasan dalam memimpin dan mengambil keputusan sangat diperlukan oleh seorang manager, karena di tangan mereka keputusan akan jalan yang ditempuh oleh perusahaan akan menentukan perkembangan dan operasional perusahaan. Manager juga harus dapat mempertanggung jawabkan keputusan mereka di depan direksi tidak melulu menyalahkan bawahan yang tidak becus melakukan perintahnya. Sebaiknya setiap pengambilan keputusan melibatkan banyak pihak, baik itu bawahan ataupun pihak lain yang terkait. Dengan adanya masukan dari yang lain maka manager dapat mempertimbangkan dan mengambil keputusan yang tepat dan memuaskan banyak pihak.
Hubungan antara manager dan bawahan juga harus baik dan terjaga. Sebisa mungkin ada hubungan 2 arah antara manager dan bawahan, bukan hubungan searah dimana manager terus-terusan memberi perintah kepada bawahan tanpa mau mendengar keluhan dan perasaan bawahannya. Bila ada hubungan harmonis seperti keluarga dalam suatu perusahaan maka akan tercipta team kerja yang solid dan kuat dalam menjalankan perusahaan.

4. Lingkungan Kerja yang Nyaman dan Mendukung
Seorang pekerja menghabiskan hampir setengah hidupnya dalam sehari berada di kantor. Sehingga kantor merupakan tempat kedua setelah rumah yang menjadi tempat terlama dimana pekerja berada. Untuk itu lingkungan kantor yang nyaman, kondusif, dan mendukung pekerjaan mutlak diperlukan. Lingkungan kerja bukan berarti hanya kantor saja, akan tetapi termasuk suasana kerja, dan hubungan antar pegawai perusahaan. Bila salah satu bagian dari lingkungan kerja tersebut ada yang membuat tidak nyaman seorang pekerja maka akan berdampak terhadap menurunnya kinerja dan kontribusi pegawai tersebut terhadap perusahaan.
Kantor adalah tempat bekerja dimana kenyamanan kantor bergantung pada kebersihan, kerapian, ketenangan, keindahan, suhu dan udara yang sesuai, serta tata letak furniture dan ruangan yang baik. Perangkat kerja yang mendukung juga perlu diperhatikan. Jangan memaksakan penghematan terhadap perangkat kantor yang dapat menghambat pekerja. Beberapa perusahaan terkadang mempertahankan komputer tua yang suka crash dengan alasan masih dapat dipakai padahal justru kelambatan dan tuanya perangkat membuat waktu bekerja dan terkadang menghambat pekerja pada saat perangkat tua tersebut rusak. Kantor yang nyaman akan membuat pegawai betah dan tidak terburu-buru ingin meninggalkan kantor sehingga pekerja lebih berkosentrasi dalam melakukan pekerjaannya. Suasana kekeluargaan di kantor perlu dibina agar pegawai merasa sebagai bagian dari perusahaan dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap perusahaan untuk menjaga nama baik perusahaan. Jangan sampai ada sifat iri, sinis, atau ada pertikaian antar pegawai karena akan mengganggu pekerjaan dan kinerja perusahaan.
Perlu diperhatikan juga bagaimana pegawai berangkat dan pulang dari kantor. Bila pegawai tinggal terlalu jauh dari kantor maka perlu dipikirkan bagaimana bila terkendala macet dan terlambat sampai dikantor. Ada baiknya perusahaan menyediakan jemputan karyawan karena selain membantu karyawan juga akan mengakrabkan karyawan karena ada waktu bercerita dalam perjalanan dari atau ke kantor.

5. Terbuka dan Selalu Belajar
Perkembangan dunia bisnis begitu cepat. Begitu banyak bidang yang mendukung suatu bisnis misalnya bidang teknologi informasi. Begitu banyak perubahan yang terjadi diluar perusahaan, karena itu kita tidak boleh tertutup dan harus berusaha menerima perubahan yang ada. Dengan selalu mempelajari perubahan dan perkembangan maka suatu perusahaan akan dapat bersaing dengan perusahaan lain dan tidak tertinggal oleh tren dan perkembangan yang terus berjalan. Perusahaan harus mempelajari dan menerapkan berbagai perkembangan dan perubahan yang mampu memberikan manfaat yang efektif dan efisien bagi perusahaan. Dengan demikian maka perusahaan akan selalu dapat berkembang, dan berjalan seiring dengan perubahan dan perkembangan yang ada.


Referensi : http://www.thinkrooms.com/2008/03/03/manajemen-bisnis-prinsip-dan-standarisasi-manajemen-perusahaan/
SEKILAS PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.

Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.

Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang.

Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan.


Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Untuk memberikan pedoman bagi stakeholders perbankan syariah dan meletakkan posisi serta cara pandang Bank Indonesia dalam mengembangkan perbankan syariah di Indonesia, selanjutnya Bank Indonesia pada tahun 2002 telah menerbitkan “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia”. Dalam penyusunannya, berbagai aspek telah dipertimbangkan secara komprehensif, antara lain kondisi aktual industri perbankan syariah nasional beserta perangkat-perangkat terkait, trend perkembangan industri perbankan syariah di dunia internasional dan perkembangan sistem keuangan syariah nasional yang mulai mewujud, serta tak terlepas dari kerangka sistem keuangan yang bersifat lebih makro seperti Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dan Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI) maupun international best practices yang dirumuskan lembaga-lembaga keuangan syariah internasional, seperti IFSB (Islamic Financial Services Board), AAOIFI dan IIFM.

Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi perekonomian nasional. Oleh karena itu, maka arah pengembangan perbankan syariah nasional selalu mengacu kepada rencana-rencana strategis lainnya, seperti Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI), serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Dengan demikian upaya pengembangan perbankan syariah merupakan bagian dan kegiatan yang mendukung pencapaian rencana strategis dalam skala yang lebih besar pada tingkat nasional.

“Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia” memuat visi, misi dan sasaran pengembangan perbankan syariah serta sekumpulan inisiatif strategis dengan prioritas yang jelas untuk menjawab tantangan utama dan mencapai sasaran dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, yaitu pencapaian pangsa pasar perbankan syariah yang signifikan melalui pendalaman peran perbankan syariah dalam aktivitas keuangan nasional, regional dan internasional, dalam kondisi mulai terbentuknya integrasi dgn sektor keuangan syariah lainnya.

Dalam jangka pendek, perbankan syariah nasional lebih diarahkan pada pelayanan pasar domestik yang potensinya masih sangat besar. Dengan kata lain, perbankan Syariah nasional harus sanggup untuk menjadi pemain domestik akan tetapi memiliki kualitas layanan dan kinerja yang bertaraf internasional.

Pada akhirnya, sistem perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh Bank Indonesia adalah perbankan syariah yang modern, yang bersifat universal, terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Sebuah sistem perbankan yang menghadirkan bentuk-bentuk aplikatif dari konsep ekonomi syariah yang dirumuskan secara bijaksana, dalam konteks kekinian permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, dan dengan tetap memperhatikan kondisi sosio-kultural di dalam mana bangsa ini menuliskan perjalanan sejarahnya. Hanya dengan cara demikian, maka upaya pengembangan sistem perbankan syariah akan senantiasa dilihat dan diterima oleh segenap masyarakat Indonesia sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan negeri.

Grand Strategy Pengembangan Pasar Perbankan Syariah
Sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah di Indonesia, maka Bank Indonesia telah merumuskan sebuah Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi komprehensif pengembangan pasar yg meliputi aspek-aspek strategis, yaitu: Penetapan visi 2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan citra baru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal, pemetaan pasar secara lebih akurat, pengembangan produk yang lebih beragam, peningkatan layanan, serta strategi komunikasi baru yang memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar bank.

Selanjutnya berbagai program konkrit telah dan akan dilakukan sebagai tahap implementasi dari grand strategy pengembangan pasar keuangan perbankan syariah, antara lain adalah sebagai berikut:

  • Pertama, menerapkan visi baru pengembangan perbankan syariah pada fase I tahun 2008 membangun pemahaman perbankan syariah sebagai Beyond Banking, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.50 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 40%, fase II tahun 2009 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah paling atraktif di ASEAN, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.87 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 75%. Fase III tahun 2010 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah terkemuka di ASEAN, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.124 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 81%.

  • Kedua, program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning, differentiation, dan branding. Positioning baru bank syariah sebagai perbankan yang saling menguntungkan kedua belah pihak, aspek diferensiasi dengan keunggulan kompetitif dengan produk dan skema yang beragam, transparans, kompeten dalam keuangan dan beretika, teknologi informasi yang selalu up-date dan user friendly, serta adanya ahli investasi keuangan syariah yang memadai. Sedangkan pada aspek branding adalah “bank syariah lebih dari sekedar bank atau beyond banking”.

  • Ketiga, program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar perbankan syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank syariah sebagai layanan universal atau bank bagi semua lapisan masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi masing-masing bank syariah.

  • Keempat, program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan (saling menguntungkan) dan dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah dipahami.

  • Kelima, program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh SDM yang kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan nasabah serta mampu mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada nasabah secara benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah; dan

  • Keenam, program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung (media cetak, elektronik, online/web-site), yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kemanfaatan produk serta jasa perbankan syariah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat

Referensi : http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Perbankan+Syariah/

Senin, 22 Februari 2010

Perilaku Konsumen

Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Beberapa Ahli :
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1990), Perilaku konsumen merupakan tindakan–tindakan yang terlibat secara langsung dalam memperoleh, mengkonsumsi, dan membuang suatu produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan – tindakan tersebut.

Menurut Mowen (1995), Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau jasa (Blackwell, Miniard, & Engel, 2001). Sedangkan The American Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya.

Menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.

Menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah: “proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.

Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai: Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.

Dari definisi diatas perilaku konsumen dapat diartikan sebagai :
Perilaku konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka. Definisi lainnya adalah bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber dananya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan

Pengaruh Perilaku Konsumen dari :

  • Keluarga
    lingkungan inti dimana seseorang hidup dan berkembang, terdiri dari ayah, ibu dan anak. Dalam keluarga perlu dicermati pola perilaku pembelian yang menyangkut:
    • Siapa yang mempengaruhi keputusan untuk membeli.
    • Siapa yang membuat keputusan untuk membeli.
    • Siapa yang melakukan pembelian.
    • Siapa pemakai produknya.

  • Rumah tangga adalah semua orang, baik yang berelasi maupun tidak berelasi yang menempati sebuah unit rumah.

Macam-Macam Situasi Pembelian
Jumlah dan kompleksitas kegiatan konsumen dalam pembeliannya dapat berbeda-beda. Menurut Howard, pembelian konsumen dapat ditinjau sebagai kegiatan penyelesaian suatu masalah, dan terdapat tiga macam situasi:
1. Perilaku Responsi Rutin
Jenis perilaku pembelian yang paling sederhana terdapat dalam suatu pembelian yang berharga murah dan sering dilakukan. Dalam hal ini pembeli sudah memahami merk-mek beserta atributnya.
2. Penyelesaian Masalah Terbatas
Pembelian yang lebih kompleks dimana pemeli tidak mengetahui sebuah merk tertentu dalam suatu jenis produk yang disukai sehingga membutuhkan informasi lebih banyak lagi sebelum memutuskan untuk membeli
3. Penyelesaian Masalah Ekstensif
Pembelian yang sangat kompleks yaitu ketika pembeli menjumpai jenis produk yang kurang dipahami dan tidak mengetahui kriteria penggunaannya

Ref : jurnal-sdm.blogspot.com/.../perilaku-konsumen-definisi-dan-tipe.html
himamika09.blogspot.com/.../konsep-perilaku-konsumen.html