Minggu, 18 April 2010

A. Judul Penelitian
Efektifitas Iklan Indosat Versi ( Saykoji dan Idol) Terhadap Pembelian Pulsa.

B. Pendahuluan
Latar Belakang Masalah

Iklan adalah bagian dari bauran promosi (promotion mix) dan bauran promosi adalah bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Secara sederhana iklan didefisinikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media. Namun demikian, untuk membedakannya dengan pengumuman biasa, iklan lebih diarahkan untuk membujuk orang supaya membeli, seperti yang dikatakan olah Frank Jefkins : periklanan merupakan tujuan untuk membeli. Dan sebagai bagian dari bauran pemasaran, bersama-sama dengan komponen lainnya dalam bauran promosi (personal selling, promosi penjualan, dan publisitas) iklan bagaikan salah satu dari empat buah roda mobil. Ketiga roda lainnya adalah produk, harga dan jalur distribusi. Jika salah satu roda tersebut kempis, maka ketiga roda lainnya pun akan kehilangan fungsinya sebagai penggerak strategi pemasaran.

Secara konvensional kita membedakan iklan dengan pulisitas dalam konteks dibayar dan tidak dibayar, dalam pengertian, iklan ada anggaran sedang publisitas tidak dikenakan pembayaran ( kalupun ada anggaran, persentasenya kecil sekali).Dilihat dari skala jangkauan, kita membedakan iklan, atau yang sering disebut penjualan masal, dengan personal sellings.
Orang masih sering menyamakan pengertian iklan dengan promosi. Beberapa buku bahkan menyebut promos i penjualan sebagai promosi untuk membedakannya dengan iklan. Pandangan yang salah ini hendaknya jangan ditiru oleh mereka yang telah mempelajari konsep - konsep pemasaran. Sebab menyamakan kedua hal itu justru akan menimbulkan kerancuan berpikir.

Iklan adalah bagian dari promosi. Disamping iklan, masih ada banyak bentuk promosi lainnya yang memiliki peranan yang sama pentingnya dengan promosi dalam strategi pemasaran.
Tujuan periklanan umumnya mengandung misi komunikas, Periklanan adalah suatu komunikasi massa dan harus dibayar untuk menarik kesadaran, menanamkan informasi, mengembangkan sikap, mengharapkan adanya suatu tindakan yang menguntungkan bagi pengiklan.
Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui hal tersebut maka penulis menetapkan judul : “ Efektifitas Iklan Indosat Versi ( Saykoji dan Idol) Terhadap Pembelian Pulsa”.

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka dalam penelitian ini, pembahas ditujukan untuk mengetahui :
Bagaimana efektifitas iklan televisi Indosat versi Saykoji dan versi Idol dalam mempengaruhi mahasiswa dan mahasiswi S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma untuk pembelian pulsa Indosat.

Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh iklan televisi Indosat versi “ Saykoji dan Idol “ pada mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma terhadap pembelian pulsa Indosat.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Penulis :
Meningkatkan pemahaman mengenai pengukuran efektifitas sebuah iklan.

2. Bagi Perusahaan
Sumbangan pemikiran dan teknik yang realistis dan mudah dalam mengukur efektifitas
periklanan .

3. Bagi Produsen Indosat
Sebagai salah satu sumbangan pemikiran tentang pengukuran efektifitas iklan televisi
Indosat, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai evaluasi strategi pemasaran pada
umumnya dan periklanan pada khususnya.

4. Bagi Mahasiswa
Sebagai salah satu acuan dalam mengukur iklan televisi untuk memahami fungsi periklanan.

Batasan Masalah
Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka batasan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan pada mahasiswa dan mahasiswi S-1 Fakultas Ekonomi Universitas
Gunadarma yang pernah melihat iklan televisi Indosat versi Saykoji dan versi Idol.

2. Penelitian dilakukan sebatas pada efektifitas iklan televisi Indosat dalam mempengaruhi
mahasiswa dan mahasiswi S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma untuk pembelian
pulsa Indosat.

C. Tinjauan Pustaka
Pengertian Iklan

Iklan adalah suatu alat komunikasi antara produsen dan konsumen. Iklan dapat didefinisikan sebagai suatu pesan yang menawarkan produk yang ditujukan kepada konsumen melalui media. Dengan iklan produsen akan lebih mudah menyampaikan pasan kepada konsumen. Media periklanan yang sudah banyak dikenal seperti televisi, radio, surat kabar, memuat beraneka ragam produk-produk perusahaan kepada masyarakat. Di dalam usaha untuk menginformasikan, membujuk dan mengingatkan konsumen tentang adanya produk atau jasa tertentu, perusahaan dihadapkan dengan berbagai cara dan cara tersebut terangkum dalam bauran promosi yang salah satunya adalah periklanan. Iklan melalui media televisi dapat menciptakan kombinasi dari cahaya, suara, gerakan dan adanya peluang untuk mendemonstrasikan produk secara langsung.

Demonstrasi langsung ini yang menyebabkan iklan televisi lebih mengena dari pada media lain. Terjemahan dari pendapat Russel dan Lane ( 1990 : 257 ) “ Televisi merupakan media periklanan yang sangat ampuh dari semua media lain karena menggabungkan penglihatan, suara dan gerak “ Media iklan di televisi dengan demonstrasi langsung ini akan lebih banyak mempengaruhi konsumen sebab pada televisi tersebut konsumen melihat dengan jelas produk yang ditawarkan, cara-cara pembuatan produk yang dapat menyakinkan konsumen akan kualitas produk tersebut, dan demonstrasi penggunaan produknya sehingga dapat mempermudah konsumen menggunakan produknya dengan baik dan benar. Iklan di televisi lebih berhasil menyakinkan konsumen dan berhasil menarik perhatian konsumen yang tidak mengetahui adanya suatu produk baru hingga mengenalnya dan ingin membelinya.

Untuk memberi pengertian yang lebih jelas, maka disajikan pengertian menurut Stanton ( 1991 : 452 ), yaitu : “ service, or idea. This messge, called on advertisement, is disseminated “
Definisi diatas mempunyai arti bahwa periklanan terdiri dari semua kegiatan termasuk penyajian suatu pesan secara terbuka untuk suatu produk, jasa atau ide. Pesan ini dinamakan iklan, yang disiarkan lewat satu atau lebih media dan dibiayai oleh perusahaan ( sponsor ) yang telah diketahui oleh umum. Dari uraian tersebut dapat diatarik kesimpulan bahwa pengertian periklanan adalah kegiatan untuk memperkenalkan barang atau jasa kepada konsumen dengan cara mempengaruhinya melalui media tertentu dengan membayar sejumlah biaya untuk melaksanakan maksud tersebut.

Dalam menjalankan program periklanan, perusahaan dapat melengkapi para pembeli dengan informasi yang memperkuat kesadaran dan pengetahuan tentang produk perusahaan yang diiklankan, mempengaruhi sikap dan kesukaan pembeli, serta memotivasi pembeli untuk mengambil tindakan positif berkenaan dengan produk yang sedang dipasarkan.

Selain pengertian diatas , terdapat beberapa pengertian periklanan menurut beberapa ahli sebagai berikut :
1. Menurut Kotler dan Amstrong, 1994 : 106
Periklanan adalah setiap bentuk penyajian dan promosi bukan
pribadi mengenai gagasan, barang, atau jasa yang dibayar oleh
sponsor tertentu.

2. Menurut Rhenald, 1995 : 1
Periklanan adalah keseluruhan proses yang meliputi persiapan,
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan.

3. Menurut Dunn and Barban, 1996 : 7
Periklanan adalah komunikasi non personal melalui beragam
media yang dibayar oleh perusahaan bisnis, organisasi-organisasi
non profit dan individu-individu, yang dalam beberapa cara
memperkenalkan dalam pesan periklanan dan berharap untuk
memberitahu atau membujuk anggota-anggot dari penerima
pesan tertentu.

4. Rhenald, 1995 : 11
Masyarakat p eriklanan Indonesia memberikan definisi iklan
sebagai : segala bentuk pesan tentang suatu produk yang
disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh
masyarakat.

2.1.2 Tujuan Periklanan
Dalam melaksanakan program periklanan tidak terlepas dari tujuan periklanan yaitu menunjang keberhasilan pemasaran suatu produk sehingga penjualan dan laba dapat meningkat. Definisi tujuan menurut Kotler ( 1997 : 58 ) “ An advertising goal is a specific communication task and achievement level to be accomplished with a specific audience in a specific period of time “
Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa tujuan advertising adalah suatu komunikasi khusus yang bertugas untuk mencapai suatu target pemirsa tertentu di dalam periode waktu tertentu.

Menurut Kotler ( 1997 : 601 – 603 ), tujuan periklanan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu : Informative advertising digunakan secara gencar pada saat perusahaan mau memperkenalkan suatu produk baru, dimana tujuannya adalah membangun permintaan pokok atas kategori produk tersebut. Juga memberitahu pasar yang akan dituju tentang penawaran perusahaan. Promosi yang bersifat informasi umumnya dilakukan pada tahap awal siklus kehidupan produk. Selain itu malalui informative advertising ini perusahaan dapat menyarankan penggunaan baru untuk suatu produk , memperbaiki pemikiran yang keliru serta membangun citra perusahaan.

Persuasive advertising dibutuhkan pada tahap persaingan dimana tujuannya untuk membangun permintaan yang selektif akan merek produk tertentu. Iklan yang bersifat membujuk terutama diarahkan untuk mendorong pembelian. Iklan ini akan menjadi dominan jika produk tersebut mulai memasuki tahap pertumbuhan pada di dalam siklus kehidupan produk. Disini perusahaan dapat membangun preferensi merek, berusaha agar konsumen beralih kepada merek perusahaan, mempersuasi konsumen agar membeli sekarang juga serta merubah persepsi konsumen terhadap atribut produk Reminder advertising iklan yang bersifat mengingatkan ini dilakukan terutama untuk menggunakan produk tersebut dan selalu ingat akan produk tersebut.

2.1.3 Fungsi Dasar Periklanan
Terdapat empat macam fungsi dasar periklanan, yaitu :
1. Precipitation :menciptakan kesadaran dan merangsang kebutuhan dan keinginan. Usaha untuk menggerakkan hati konsumen dari keadaan ragu-ragu menjadi memikirkan pembelian suatu merek atau ide pendukung yang mungkin nyata. Hal ini membuat terciptanya suatu tingkat kesadaran umum pada penerima pesan.

2. Persuasion : mendorong tindakan dan menciptakan janji. Usaha untuk menggerakkan konsumen pada suatu tingkat pembelian. Proses ini memerlukan waktu dalam menit, jam, hari, bilan atau genap setahun, tetap itu merupakan sasaran utama dari seluruh periklanan. Dengan menggunakan daya penarik untuk emosi dasar seperti cinta, benci, takut, atau keutuhan untuk harga diri, yang perusahaan untuk mengembangkan penjualan actual.

3. Reinforcement : mendukung keputusan konsumen sebelumnya.
Usaha untuk menyediakan informasi yang akan mengakibatkan pilihan-pilihan sebelumnya. Beberapa informasi membuat kita merasa senang mengenai keputusan kita membeli sebuah merek tertentu atau tidak membeli merek lain.

4. Reminder : menciptakan kebiasaan, aksi sebagai alat pemicu untuk menciptakan periklaku merek kebiasaan ( Brand Loyalty ) akan pengalaman-pengalaman . Secara jelas, periklanan dari sebagian besar konsumen barang industri adalah pada tipe ini. Maksud untuk mempertahankan nama merek tetap segar, tidak perlu menambah pangsa pasar. ( Burnet, 1998 : 245-246).

2.1.4 Karakteristik Iklan yang Baik
Menurut Kotler ( 1997 : 493 ), pesan iklan yang baik adalah sebagai berikut :
a. Through Purchase, dari ungkapan tersebut dapat dijelaskan bahwa penyajian pesan yang baik
haruslah :
  1. Dapat menimbulkan perhatian, maksudnya adalah dalam menyajikan suatu iklan harus dapat menimbulkan perhatian baik dalam bentuk dan media apapun, dimana perhatian itu dapat bertujuan secara umum atau khusus kepada calon konsumen yang dituju. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat gambar atau tulisan-tulisan yang menarik atau menyolok, lagu yang menarik dan mudah untuk diingat, kata-kata yang menarik misalnya mengandung janji , jaminan , keistimewaan, anjuran dan sebagainya
  2. menarik maksudnya adalah iklan harus dapat menimbulkan perasaan ingin tahu, ingin membaca, mendengar dan melihat
    lebih seksama setelah iklan yang dibuat tersebut sudah bisa menarikperhatian bagi konsumennya. Hal ini banyak dilakukan perusahaan misalnya dengan menggunakan figure artis atau actor, tokoh eksekutif, dan sebagainya.
  3. Dapat menimbulakan keinginan. Disini perusahaan harus mengetahui motif seseorang dalam melakukan pembelian sebelum mengadakan penyajian advertensi tersebut baru dapat menimbulkan keinginan seseorang untuk membeli. Motif pembelian dibedakan menjadi motif rasional dan emosional. Dalam motif rasional, disini orang akan mempertimbangkan untung atau ruginya dalam pembelian misalnya dalam hal kualitas harga, daya guna dan sebagainya. Sedangkan motif emosional pembelian terhadap barang berdasarkan pada emosi. Misalnya membeli barang atas dasar prestise. Agar iklan yang disajikan mengena pada sasaran pada penyajiannya diarahkan supaya orang membeli dengan merek tertentu. Jadi konsumen diarahkan supaya orang membeli merek tertentu. Jadi konsumen diarahkan untuk mengetahui ciri khas serta keunggulan dari produk yang diiklankan sehingga dapat menimbulkan keinginan untuk membeli.
  4. Memperoleh tindakan. Setelah timbul keinginan yang kuat, maka konsumen akan mengambil tindakan, yakni membeli produk yang ditawarkan. Selanjutnya jika konsumen merasa puas maka konsumen akan melakukan pembelian ulang, atau bahkan sering secara tidak langsung mempengaruhi konsumen lain untuk membeli produk tersebut.

2.1.5 Proses Iklan
Penyampaian pesan suatu iklan mengalmi suatu proses dalam benak konsumen. Proses tersebut terjadi pada saat penayangan iklan dan komunikasi yang ditimbulkan dari hasil tayangan tersebut. Proses ini adalah suatu tanggapan yang ditimbulkan dari audience. Tayangan suatu iklan bekerja melelui proses yang terdiri dari beberapa langkah Maker to see or hear the advertisement. Processing is what goes on during exposure ang sometimes afterwards is the decision maker stills thinking about the add. There are four main processing responses that can occur ( Rossiter dan Percy, 1996 : 195 ).


Proses dari tanggapan tersebut melalui dari berbagai rangkaian tahap pembentukan hal ini sesuai dengan yang telah dikemukakan oleh Rossiter dan Percy. Tahap exposure merupakan upaya produk menempatkan iklan pada media massa. Tujuannya agar produk atau jasa yang ditawarkan dapat diketahui, didengar, dibaca, dilihat oleh konsumen potensial.


Tahap processing, meliputi langkah-langkah calon pembeli yang spontan seperti perhatian, belajar, penerimaan dari reaksi emosional. Processing tidak akan berhasil apabila tidak mendapat tanggapan dari konsumen, tetapi apabila berhasil akan menuju pada tahap ketiga. Tahap, merupakan reaksi jalan pikiran calon pembeli terhadap suatu merek dan berhubungan dengan seleksi merek dan efek komunikasi ini bersifat permanent. Tahap emotion, merupakan pengambilan keputusan oleh calon pembeli. Keputusan konsumen tersebut merupakan suatu pertimbangan untuk melakukan pembelian produk atau tidak. Proses-proses tahap ini diperkuat dengan pendapat Rossiter dan Percy ( 1996 : 197 ).


Tanggapan dari processing dipengaruhi oleh elemen-elemen dalam iklan, Elemen iklan tersebut menurut Rossiter dan Percy ( 1996 : 209 ) adala h heard work dan sound effects, colors dan movement. elemen yang dikemas dalam suatu iklan yang baik, dimana terdapat kesesuaian antara enam elemen yang ada, akan menarik perhatian konsumen. Dengan adanya proses yang ditimbulkan dari tayangan suatu iklan, maka secara tidak langsung timbul pula komunikasi antara produsen dan konsumen. Selanjutnya perlu diperhatikan tanggapan konsumen tersebut juga tergantung dari jenis produk yang dipromosikan. Iklan pada media televisi, selain mengalami proses dalam benak konsumen juga kemampuan untuk menggambarkan emosi, sebab pada media televise terdapat berbaga macam kombinasi elemen iklan seperti : suara, kata-kata, gambar, adegan, tulisan dan symbol yang menarik dalam suatu tayangan iklan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Rossiter dan Percy ( 1996 : 197 ) yang mengatakan ada keterkaitan anatra elemen iklan dan emosi.


Pengertian ini dapat dinyatakan bahwa dalam membuat kreativitas, iklan yang baik harus mempunyai bermacam-macam rangsangan (stimuli) berupa elemen-elemen yang digabungkan menjadi satu, untuk dimasukkan dalam suatu iklan agar nantinya diperoleh hasil suatu emosi yang bervariasi dan berbagai macam.

D. Metodologi Penelitian
Data penelitian
1. Sumber Data
Data yang diteliti diperoleh dari hasil pembagian kuesioner kepada mehasiswa dan mahasiswi S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma yang pernah melihat tayangan iklan Indosat versi Saykoji dan versi Idol.

2. Tipe Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu , data
yang diperoleh dengan cara membagikan kuesioner kepada mahasiswa
mahasiswi S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, dan pengumpulan
data melalui media internet.

Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penulisan ini adalah mahasiswa mahasiswi S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma yang pernah melihat iklan Indosat versi Saykoji dan versi Idol.

Variabel Penelitian
Efektivitas iklan dapat diukur dengan menggunakan EPIC model. EPIC model yang dikembangkan oleh AC Nielsen,salah satu perusahaan peneliti pemasaran terkemuka di dunia, mencakup empat dimensi kritis yaitu sebagai berikut :
1. Dimensi Empaty ( Empathy)
Dimeni empaty memberikan informasi yang berharga tentang daya tarik suatu merek. Empati merupakan keadaan mental yang membuat seseorang mengidentifikasikan dirinya atau merasa dirinya pada keadaan perasaan atau fikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. ( Kamus besar Bahasa Indonesia, 1988 : 228). Empati melibatkan afeksi dan kognisi konsumen, menurut J.Paul Peter dan Jerry C Olson ( 1996 ), afeksi dan kognisi mengacu pada dua tipe tanggapan internal psikologis yang dimiliki konsumen terhadap rangsangan lingkungan dan kejadian yang berlangsung. Dalam bahasa yang lebih sederhana, afeksi melibatkan perasaan, sementara kognisi melibatkan pemikiran, variasi tanggapan afektif dapat berupa penilaian positif, negative, menyenangkan atau tidak menyenangkan, dan konsumen dapat merasakan empat jenis tanggapan efektif yaitu emosi, perasaan khusus, suasana hati dab evaluasi yang berbeda dalam tingkat intensitas dan daya improvisasinya.

2. Dimensi Persuasi ( Persuasion )
Dimensi Persuasi menginformasikan apa yang dapat diberikan suatu iklan untuk meningkatkan atau penguatan karakter suatu merek , sehingga pemasang iklan memperoleh pemahaman tentang dampak iklan terhadap keinginan konsumen untuk membeli serta memperoleh kemampuan suatu iklan dalam mengembangkan daya tarik suatu merek.
Persuasi ( persuasion ) adalah perubahan kepercayaan, sikap, dan keinginan berperilaku yang disebabkan satu komunikasi promosi. Komunikasi promosi, seperti periklanan, yang bisa mempengaruhi konsumen dapat menggunakn dua proses kognitif , yaitu : “ jalur sentral ” dan “ jalur peripheral ” menuju persuasi. Proses persuasi yang akan dipakai ditentukan dengan tingkat keterlibatan konsumen dalam pesan produk ( Peter dan Olson 1996 ). Jalur sentral menuju persuasi cenderung muncul ketika tingkat keterlibatan konsumen meningkat. Pada jalur sentral, konsumen : memfokuskan diri pada pesan produk “ dalam iklan. Konsumen menerjemahkan pesan produk dalam iklan tersebut,lalu membentuk kepercayaan tentang ciri-ciri dan konsekuensi produk, serta mengintegrasikan makna tersebut untuk membentuk sikap dan keinginan. Jalur periferal menuju persuasi ( peripheral route persuasion ) cenderung muncul ketika tingkat keterlibatan konsumen lebih rendah. Dalam jalur periferal, konsumen tidak memfokuskan diri dari pesan produk dalam sebuah iklan tetapi pada perangsang “periferal”, seperti selebriti atau musik yang popular dan menarik.


3. Dimensi Dampak ( Impact)
Dimensi Imapct menunjukkan, apakah suatu merek dapat terlihat menonjol dibandingkan merek lain pada kategori yang serupa dan apakah suatu iklan mampu melibatkan konsumen dalam pesan yang disampaikan. Dampak ( Impact ) yang diinginkan dari hasil iklan adalah jumlah pengetahuan produk (product knowledge) yang dicapai konsumen melalui tingkat keterlibatan ( involvement ) konsumen dengan produk dan proses pemilihan.
Konsumen memiliki tingkat pengetahuan produk (levels of product knowledge) yang berbeda - beda, yang dapat digunakan untuk menerjemahkan informasi baru dan membuat pilihan pembelian. Konsumen dapat memiliki empat tingkat pengetahuan produk, yaitu : kelas produk, bentuk produk, merek, dan model. Selain itu konsumen juga dapat memiliki tiga jenis pengetahuan produk, yaitu pengetahuan tentang ciri atau karakter produk, konsekuensi atau manfaat positif menggunakan produk, dan nilai yang akan dipuaskan atau dicapai suatu produk. Keterlibatan ( involvement ) mengacu pada persepsi konsumen tentang pentingnya atau relevansi personal suatu objek, kejadian, atau aktifitas. Konsumen yang melihat bahwa suatu produk memiliki konsekuensi yang relevan secara pribadi, maka konsumen dikatakan terlibat dengan produk tersebut dan memiliki hubungan dengan produk tersebut dan memiliki hubungan dengan produk tersebut. Konsekuensi dengan suatu produk atau suatu merek memiliki aspek kognitif maupun pengaruh.
Secara Kognitif, yang termaksud dalam keterlibatan adalah pengaruh, seperti evaluasi produk. Jika keterlibatan suatu produk tinggi, maka orang akan mengalami tanggapan pengaruh yang lebih kuat, seperti emosi dan perasaan yang kuat, seperti emosi dan perasaan yang kuat. Keterlibatan dapat berkisar dari tingkat yang rendah – sedikit atau tidak ada relevansinya – ketingkat yang moderat – ada relevansi yang dirasakan – hingga ketingkat yang tinggi – relevansinya sangat dirasakan. Keterlibatan adalah status motivasi yang menggerakan serta mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada saat mereka membuat keputusan.

4. Dimensi Komunikasi
Dimensi komunikasi memberikan informasi tentang kemampuan konsumen dalam mengingat pesan utama yang disampaikan , pemahaman konsumen , serta kekuatan kesan yang ditinggalkan pesan tersebut. Perspektif pemrosesan kognitif adalah inti untuk mengembangkan strategi pemasaran yang berhasil yang merupakan permasalahan komunikasi.
Proses dimulai ketika sumber komunikasi promosi menentukan informasi apa yang harus dikomunikasikan, kemudian dengan meng-enkoding pesan tersebut dalam bentuk simbol-simbol yang paling tepat ( menggunakan kata, gambar, atau tindakan ). Kemudian, pesan ditransmisikan ke sebuah penerima melalui berbagai media, seperti pertunjukan televisi, penawaran via pos, billboard, atau mejalah. Penerima atau konsumen, jika digiring ke suatu promosi, harus men-dekoding atau menerjemahkan maknanya. Kemudian, konsumen dapat mengambil tindakan, seperti ke toko atau melakukan pembelian. Dua tahapan model komunikasi sangat dibutuhkan, khusunya demi keberhasilan penerapan startegi promosi. Tahapan pertama terjadi ketika pemasar menciptakan komunikasi promosi untuk meng-enkoding suatu makna. Tahap kedua adalah pen-dekoding-an, yaitu konsumen masuk dan memahami informasi dalam komunikasi promosi dan mengambangkan interpretasi pribadi mereka terhadap makna yang ditangkap.

Alat Yang Digunakan
Alat bantu yang digunakan untuk mencari keterkaitan diantara variabel-variabel
tersebut diatas adalah SPSS 13.0 forwindows. SPSS merupakan peranti lunak atau software yang berbasis windows yang digunakan untuk menganalisa data statistik agar dapat diolah, ditampilkan, dan dimanipulasi sehingga dapat menyajikan suatu informasi sesuai kehendak pengguna. Angka 5.0 dan 13.0 merupakan nomor versi SPSS.

Model Analisis
Untuk mencari keterkaitan antara variabel yang tercakup dalam penelitian ini,
penulis menggunakan analisis regresi linier dengan metode kuadrat terkecil. Analisis
regresi bertujuan untuk mengetahui koefisien korelasi, koefisien determinasi, dan
koefisien regresi. Selanjutnya penulis melakukan pengujian hipotesi yaitu pengujian
hipotesis secara parsial menggunakan t test dan pengujian hipotesis secara simultan
menggunakan F test.

E. Rencana Biaya Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian karya ilmiah untuk memenuhi salah satu
syarat guna memperoleh gelar sarjana pada universitas gunadarma, maka semua biaya
penelitian ditanggung oleh penulis.

F. Jadwal Waktu Penelitian
Minggu I : Persiapan
Minggu II – IV : Pengumpulan data dan embagian kuesioner
Minggu V – IX : Penyusunan BAB I sampai BAB IV
Minggu X- XII : Laporan Akhir

Daftar Pustaka :
1. Rhenald Kasali, 1995, Manajemen Periklanan : Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Edisi Keempat, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta
2.http://digilib.petra.ac.id/viewer.php 3. http://dahlanforum.wordpress.com/2009/04/07/tujuan-periklanan/ 4. www.pdfqueen.com/.../penyelesaian-persamaan-non-linier-dengan-metode-tabulasi/ 5. http://74.125.153.132/search?q=cache%3Aa14gmlD7IPUJ%3Adigilib.petra.ac.id%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fikom%2F2007%2Fjiunkpe-ns-s1-2007-51402101-5257-indosat-chapter1.pdf+bab+1+efektifitas+iklan+indosat&hl=id&gl=id

Kelompok Bahasa Indonesia 2

Penalaran Deduksi
Penalaran Deduksi adalah sutu proses berfikir yang bertolak dari suatu proposisi yang sudah ada menuju kepada proposisi yang baru.
Deduksi berasal dari kata : DE yang artinya dari
DUCERE yang artinya menghantar atau memimpin.

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya[1].

Dalam metode hipotetik-deduktif, hipotesis sebaiknya falsifabel, berarti bahwa mungkin bahwa itu bisa diperlihatkan bahwa itu adalah salah, biasanya oleh pengamatan.

Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap problema. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan/ menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.

Contoh:
Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena langit mendung, maka..) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa saat kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru.

Teori
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta .[1] Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara "sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika.

Dalam ilmu pengetahuan, teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya.
Manusia membangun teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu (misalnya, benda-benda mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah laku hewan). Sering kali, teori dipandang sebagai suatu model atas kenyataan (misalnya : apabila kucing mengeong berarti minta makan). Sebuah teori membentuk generalisasi atas banyak observasi dan terdiri atas kumpulan ide yang koheren dan saling berkaitan.

Istilah teoritis dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang diramalkan oleh suatu teori namun belum pernah terobservasi. Sebagai contoh, sampai dengan akhir-akhir ini, lubang hitam dikategorikan sebagai teoritis karena diramalkan menurut teori relativitas umum tetapi belum pernah teramati di alam.

Terdapat miskonsepsi yang menyatakan apabila sebuah teori ilmiah telah mendapatkan cukup bukti dan telah teruji oleh para peneliti lain tingkatannya akan menjadi hukum ilmiah. Hal ini tidaklah benar karena definisi hukum ilmiah dan teori ilmiah itu berbeda. Teori akan tetap menjadi teori, dan hukum akan tetap menjadi hukum.[2]
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori

Analogi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Contohnya pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.

A. PENGERTIAN
Analogi adalah suatu bentuk penalaran dengan jalan mempersamakan dua hal yang berlainan. Kedua hal itu diperbandingkan untuk dicari persamaannya. Analogi dilakukan dengan mempersamakan kedua hal yang sebenarnya berlainan.

Analogi dan generalisasi dapat dikatakan mempunyai hubungan, dalam analogi kita membandingkan dua hal atau lebih yang memiliki kesamaan tertentu pada beberapa segi dan menyimpulkan keduanya memiliki kesamaan dalam segi yang lain. Sedangkan generalisasi memperhatikan hal yang sama dari hal-hal yang berbeda dan kesimpulannya bersifat universal, sedangkan pada analogi kesimpulannya berlaku partikular.

B. MACAM-MACAM ANALOGI
Dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat tiga unsur, yaitu:
1.Peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi
2.Persamaan prinsipal yang menjadi pengikat
3.Fenomena yang hendak kita analogikan

Dari unsur-unsur tersebut akan muncul berbagai macam analogi, seperti:
1.Analogi Induktif
Analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsipal yang ada pada dua fenomena, kemudian menarik kesimpulan bahwa yang ada pada peristiwa pertama juga ada pada peristiwa kedua.

Contoh:
a.Sarno anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur
b.Sarni anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur
c.Sardi anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur
d.Sarto adalah anak pak Sastro
Sarto anak Pak Sastro adalah anak yang rajin dan jujur

Berbeda dengan generalisasi induktif yang kesimpulannya berupa proposisi universal, konklusi analogi tidak selalu berupa proposisi universal, namun tergantung dari subyek yang diperbandingkan. Subyek analogi dapat individual, partikular maupun universal. Tetapi sebagai penalaran induksi, konklusi yang ada lebih luas daripada premis-premisnya. Tiga anak Pak Sastro yang rajin dan jujur tidak dapat menjamin bahwa anaknya yang keempat juga rajin dan jujur.

2.Analogi Deklaratif
Analogi yang menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang di kenal.
Contoh:
Ilmu pengetahuan dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana sebuah rumah dibangun oleh batu-batu. Tapi tidak semua kumpulan fakta adalah ilmu, sebagaimana tidak semua kumpulan batu adalah rumah.

3.Analogi Noninduktif (analogi logis)
a.“Hanya orang bijaksana yang menyukai puisi”. Kalimat tersebut sama maknanya dengan “Semua orang bijaksana menyukai puisi”.
b.“Hanya perempuanlah yang mengandung dan melahirkan anak”, kalimat tersebut tidak sama dengan “Semua perempuan mengandung dan melahirkan anak”.

Kedua kalimat diatas mempunyai pola yang sama yaitu “Hanya….yang…”, namun analogi diatas bukan merupakan analogi induktif, karena kesimpulannya tidak bersifat empiris.
Artinya kesimpulan dari analogi noninduktif tidak dapat di diskonfirmasi atau disangkal oleh bukti-bukti empiris. Namun analogi tersebut juga bukan analogi deduktif, karena argumen deduktif dapat di nilai benar salahnya dengan mengacu pada bentuk logis tertentu atau definisi istilah yang di gunakan. Oleh karena itu, analogi ini dapat di sebut analogi logis non induktif tapi juga nondeduktif.

C. CARA MENILAI ANALOGI
Untuk mengukur sejauh mana sebuah analogi dapat di percaya, diketahui dengan alat sebagai berikut:
1.Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang di analogikan.
Semakin besar atau semakin banyak peristiwa sejenis yang di analogikan, semakin besar pula tarap ketrpercayaannya.

2.Sedikit banyaknya aspek yang menjadi dasar analogi.

3.Sifat dari analogi yang kita buat. Semakin rendah taksiran yang kita analogikan semakin kuat analogi itu.

4.Mempertimbangkan unsur yang berbeda pada peristiwa yang di analogikan. Semakin banyak pertimbangan atas unsur2 yang berbeda semakin kuat keterpercayaan analoginya.

5.Relevan atau tidaknya masalah yang di analogi. Bila tidak relevan analogi tidak akan kuat dan bisa gagal.

D. KESESATAN ANALOGI
Kesesatan dalam analogi bisa terjadi karena kita terlalu cepat menarik konklusi, sedangkan fakta yang di jadikan dasar tidak cukup mendukung konklusi tersebut atau terlalu sedikit. Kemudian terjadi karena Kecerobohan dan Prasangka.

Contoh:
1.Seorang pria bertemu seorang gadis Solo di pesta, kemudian di sebuah toko dia bertemu seorang gadis solo yang lain, sewaktu melihat pentas dia melihat seorang gadis solo menari. Ketiga gadis itu sama-sama luwes. Lalu dia beranggapan “Semua gadis Solo luwes”.

2.“Saya pernah di keraton Surakarta, saat Sri Susuhunan berulang tahun. Saya melihat lima belas gadis, semua berkebaya dan cantik. Memang semua gadis Surakarta itu berkebaya dan cantik ”.

3.Seorang pemuda luar pulau menikahi gadis Solo dan membawanya pulang kampung. Ibunya berkata, “Istrimu kalau bicara seperti penjual ayam di pasar?”, jawab pemuda tersebut “Ah, itu karena ibu kalau bicara keras-keras sehingga ia kira ibu kurang pendengaran”. Suatu saat ibunya berkata, “Istrimu jalannya kok seperti di kejar maling?”, “Ah, itu karena ibu selalu membuat dia terkejut dan ketakutan”.

Selain ketiga hal tersebut diatas, analogi juga bisa keliru karena membuat persamaan yang tidak tepat.
Contoh:
“Antara kita dan binatang mempunyai persamaan yang sangat dekat. Binatang bernafas, kita juga bernafas. Binatang makan, kita juga makan. Binatang tidur dan istirahat, kita juga tidur dan istirahat. Binatang kawin, kita juga kawin. Jadi dalam keseluruhan binatang sama dengan kita.”
Pernyataan di atas hendak menyimpulkan bahwa manusia sama dengan binatang dengan mempertimbangkan persamaan-persamaan yang ada pada keduanya, padahal yang di samakan itu bukan masalah yang pokok.

http://id.wikipedia.org/wiki/Analogi
http://komunitasmahasiswa.info/2008/12/analogi-suatu-logika/


Salah Nalar
Salah nalar adalah kesalahan struktur atau proses formal penalaran dalam menurunkan kesimpulan sehingga kesimpulan tersebut menjadi tidak valid. Jadi berdasarkan pengertian tersebut, salah nalar bisa terjadi apabila pengambilan kesimpulan tidak didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran yang valid. Terdapat beberapa bentuk salah nalar yang sering kita jumpai, yaitu: menegaskan konsekuen, menyangkal antiseden, pentaksaan, perampatan-lebih, parsialitas, pembuktian analogis, perancuan urutan kejadian dengan penyebaban, serta pengambilan konklusi pasangan.

http://dwiermayanti.wordpress.com/2009/03/14/penalaran/