Senin, 18 Oktober 2010

Contoh Pelanggaran Etika Bisnis

Sebuah perusahaan property ternama di Yogjakarta tidak memberikan surat ijin membangun rumah dari developer kepada dua orang konsumennya di kawasan kavling perumahan milik perusahaan tersebut. Konsumen pertama sudah memenuhi kewajibannya membayar harga tanah sesuai kesepakatan dan biaya administrasi lainnya. Sementara konsumen kedua masih mempunyai kewajiban membayar kelebihan tanah, karena setiap kali akan membayar pihak developer selalu menolak dengan alasan belum ada ijin dari pusat perusahaan (pusatnya di Jakarta). Yang aneh adalah di kawasan kavling itu hanya dua orang ini yang belum mengantongi izin pembangunan rumah, sementara 30 konsumen lainnya sudah diberi izin dan rumah mereka sudah dibangun semuannya. Alasan yang dikemukakan perusahaan itu adalah ingin memberikan pelajaran kepada dua konsumen tadi karena dua orang ini telah memprovokasi konsumen lainnya untuk melakukan penuntutan segera pemberian izin pembangunan rumah. Dari kasus ini perusahaan property tersebut telah melanggar prinsip kewajaran (fairness) karena tidak memenuhi hak-hak stakeholder (konsumen) dengan alasan yang tidak masuk akal

Referensi : http://www.los-diy.or.id/artikel/Losdiy-Contoh%20Pelanggaran%20Etika%20Bisnis.pdf

Etka Bisnis

ETIKA BISNIS :
Pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang perilaku manusia yang penting.

Apa yang diharapkan dan mengapa kita mempelajari Etika Bisnis?
Menurut K. Bertens, ada 3 tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1. Menanamkan atau meningkakan kesadaran akan adanya demensi etis dalam bisnis.
Menanamkan, jika sebelumnya kesadaran itu tidak ada, meningkatkan bila kesadaran itu sudah
ada, tapi masih lemah dan ragu.
Orang yang mendalami etika bisnis diharapkan memperoleh keyakinan bahwa etika merupakan
segi nyata dari kegiatan ekonomis yang perlu diberikan perhatian serius.
2. Memperkenalkan argumentasi moral khususnya dibidang ekonomi dan bisnis, serta membantu
pebisnis/calon pebisnis dalam menyusun argumentasi moral yang tepat.
Dalam etika sebagai ilmu, bukan Baja penting adanya norma-norma moral, tidak kalah penting adalah alasan bagi berlakunya norma-norma itu. Melalui studi etika diharapkan pelaku bisnis akan sanggup menemukan fundamental rasional untuk aspek moral yang menyangkut ekonomi dan bisnis.
3. Membantu pebisnis/calon pebisnis, untuk menentukan sikap moral yang tepat didalam profesinya
(kelak).

Hal ketiga ini memunculkan pertanyaan, apakah studi etika ini menjamin seseorang akan menjadi etis juga? Jawabnya, sekurang-kurangnya meliputi dua sisi berikut, yaitu disatu pihak, harus dikatakan : etika mengikat tetapi tidak memaksa. Disisi lain, studi dan pengajaran tentang etika bisnis boleh diharapkan juga mempunyai dampak atas tingkah laku pebisnis. Bila studi etika telah membuka mata, konsekuensi logisnya adalah pebisnis bertingkah laku menurut yang diakui sebagai hal yang benar.

Tiga aspek pokok dari bisnis yaitu : dari sudut pandang ekonomi, hukum dan etika.
1. Sudut pandang ekonomis.
Bisnis adalah kegiatan ekonomis. Yang terjadi disini adalah adanya interaksi antara produsen/perusahaan dengan pekerja, produsen dengan konsumen, produsen dengan produsen dalam sebuah organisasi. Kegiatan antar manusia ini adalah bertujuan untuk mencari untung oleh karena itu menjadi kegiatan ekonomis. Pencarian keuntungan dalam bisnis tidak bersifat sepihak, tetapi dilakukan melalui interaksi yang melibatkan berbagai pihak.
Dari sudut pandang ekonomis, good business adalah bisnis yang bukan saja menguntungkan, tetapi
juga bisnis yang berkualitas etis.
2.Sudut pandang moral.
Dalam bisnis, berorientasi pada profit, adalah sangat wajar, akan tetapi jangan keuntungan yang
diperoleh tersebut justru merugikan pihak lain. Tidak semua yang bisa kita lakukan boleh dilakukan juga. Kita harus menghormati kepentingan dan hak orang lain. Pantas diperhatikan, bahwa dengan itu kita sendiri tidak dirugikan, karena menghormati kepentingan dan hak orang lain itu juga perlu dilakukan demi kepentingan bisnis kita sendiri.
3. Sudut pandang Hukum
Bisa dipastikan bahwa kegiatan bisnis juga terikat dengan "Hukum" Hukum Dagang atau Hukum Bisnis, yang merupakan cabang penting dari ilmu hukum modern. Dan dalam praktek hukum banyak masalah timbul dalam hubungan bisnis, pada taraf nasional maupun international. Seperti etika, hukum juga merupakan sudut pandang normatif, karena menetapkan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Dari segi norma, hukum lebih jelas dan pasti daripada etika, karena peraturan hukum dituliskan hitam atas putih dan ada sanksi tertentu bila terjadi pelanggaran. Bahkan pada zaman kekaisaran Roma, ada pepatah terkenal : "Quid leges sine
moribus" yang artinya : "apa artinya undang-undang kalau tidak disertai moralitas "
Lalu apa tolok ukur bahwa bisnis itu baik menurut tiga sudut pandang tadi?
Untuk sudut pandang ekonomis, jawaban pertanyaan ini lebih mudah, yaitu bila bisnis memberikan profit, dan hal ini akan jelas terbaca pada laporan rugi/laba perusahaan di akhir tahun. Dari sudut pandang hukum pun jelas, bahwa bisnis yang baik adalah yang diperbolehkan oleh sistem hukum yang berlaku. (penyelundupan adalah bisnis yang tidak baik).
Yang lebih sulit jawabnya adalah bila bisnis dilihat dari sudut pandang moral. Apa yang menjadi tolok ukur untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan bisnis.

Dari sudut pandang moral, setidaknya ada 3 tolok ukur yaitu : nurani, Kaidah Emas, penilaian umum.
1.Hati nurani:
Suatu perbuatan adalah baik, bila dilakukan susuai dengan hati nuraninya, dan perbuatan lain buruk bila dilakukan berlawanan dengan hati nuraninya. Kalau kita mengambil keputusan moral berdasarkan hati nurani, keputusan yang diambil "dihadapan Tuhan" dan kita sadar dengan tindakan tersebut memenuhi kehendak Tuhan.
2. Kaidah Emas :
Cara lebih obyektif untuk menilai baik buruknya perilaku moral adalah mengukurnya dengan Kaidah Emas (positif), yang berbunyi : "Hendaklah memperlakukan orang lain sebagaimana Anda sendiri ingin diperlakukan" Kenapa begitu? Tentunya kita menginginkan diperlakukan dengan baik. Kalau begitu yang saya akan berperilaku dengan baik (dari sudut pandang moral). Rumusan Kaidah Emas secara negatif : "Jangan perlakukan orang lain, apa yang Anda sendiri tidak ingin akan dilakukan terhadap diri Anda" Saya kurang konsisten dalam tingkah laku saya, bila saya melakukan sesuatu terhadap orang lain, yang saya tidak mau akan dilakukan terhadap diri saya. Kalau begitu, saya berperilaku dengan cara tidak baik (dari sudut pandang moral).
3. Penilaian Umum :
Cara ketiga dan barangkali paling ampuh untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku adalah menyerahkan kepada masyarakat umum untuk menilai. Cara ini bisa disebut juga audit sosial. Sebagaimana melalui audit dalam arti biasa sehat tidaknya keadaan finansial suatu perusahaan dipastikan, demikian juga kualitas etis suatu perbuatan ditentukan oleh penilaian masyarakat umum

Apa itu etika bisnis?
Kata "etika" dan "etis" tidak selalu dipakai dalam arti yang sama dan karena itu pula "etika bisnis" bisa berbeda artinya.
Etika sebagai praksis berarti : nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktekkan atau justru tidak dipraktekkan, walaupun seharusnya dipraktekkan. Sedangkanetis, merupakansifat daritindakan yang sesuaidengan etika.

Peranan Etika dalam Bisnis :
Menurut Richard De George, bila perusahaan ingin sukses/berhasil memerlukan 3 hal pokok yaitu :
1. Produk yang baik
2. Managemen yang baik
3. Memiliki Etika

Selama perusahaan memiliki produk yang berkualitas dan berguna untuk masyarakat disamping itu dikelola dengan manajemen yang tepat dibidang produksi, finansial, sumberdaya manusia dan lain-lain tetapi tidak mempunyai etika, maka kekurangan ini cepat atau lambat akan menjadi batu sandungan bagi perusahaan tsb. Bisnis merupakan suatu unsur mutlak perlu dalam masyarakat modern. Tetapi kalau merupakan fenomena sosial yang begitu hakiki, bisnis tidak dapat dilepaskan dari aturan-aturan main yang selalu harus diterima dalam pergaulan sosial, termasuk juga aturan-aturan moral.

Mengapa bisnis harus berlaku etis ?
Tekanan kalimat ini ada pada kata "harus". Dengan kata lain, mengapa bisnis tidak bebas untuk berlaku etis atau tidak? Tentu saja secara faktual, telah berulang kali terjadi hal-hal yang tidak etis dalam kegiatan bisnis, dan hal ini tidak perlu disangkal, tetapi juga tidak perlu menjadi fokus perhatian kita. Pertanyaannya bukan tentang kenyataan faktual, melainkan tentang normativitas : seharusnya bagaimana dan apa yang menjadi dasar untuk keharusan itu.

Mengapa bisnis harus berlaku etis, sebetulnya sama dengan bertanya mengapa manusia pada umumnya harus berlaku etis. Bisnis disini hanya merupakan suatu bidang khusus dari kondisi manusia yang umum.
Jawabannya ada tiga yaitu :
•Tuhan melalui agama/kepercayaan yang dianut, diharapkan setiap pebisnis akan dibimbing oleh iman kepercayaannya, dan menjadi tugas agama mengajak para pemeluknya untuk tetap berpegang pada motivasi moral.
•Kontrak Sosial, umat manusia seolah-olah pernah mengadakan kontrak yang mewajibkan setiap anggotanya untuk berpegang pada norma-norma moral, dan kontrak ini mengikat kita sebagai manusia, sehingga tidak ada seorangpun yang bisa melepaskan diri daripadanya.
•Keutamaan, Menurut Plato dan Aristoteles, manusia harus melakukan yang baik, justru karena hal itu baik. Yang baik mempunyai nilai intrinsik, artinya, yang baik adalah baik karena dirinya sendiri. Keutamaan sebagai disposisi tetap untuk melakukan yang baik, adalah penyempurnaan tertinggi dari kodrat manusia. Manusia yang berlaku etis adalah baik begitu saja, baik secara menyeluruh, bukan menurut aspek tertentu saja.

Etika Bisnis

Etika bisnis merupakan etika terapan. Etika bisnis merupakan aplikasi pemahaman kita tentang apa yang baik dan benar untuk beragam institusi, teknologi, transaksi, aktivitas dan usaha yang kita sebut bisnis.
Pembahasan tentang etika bisnis harus dimulai dengan menyediakan rerangka prinsip-prinsip dasar pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan istilah baik dan benar, hanya dengan cara itu selanjutnya seseorang dapat membahas implikasi-implikasi terhadap dunia bisnis.
Etika dan Bisnis, mendeskripsikan etika bisnis secar umum dan menjelaskan orientasi umum terhadap bisnis, dan mendeskripsikan beberapa pendekatan khusus terhadap etika bisnis, yang secara bersama-sama menyediakan dasar untuk menganalisis masalah-masalah etis dalam bisnis.

Minggu, 10 Oktober 2010

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU PADA KEDAI MAKAN BUMPER

Nama : Benazir Maren
Kelas : 4EA03
NPM : 11207414
Tugas Riset Pemasaran

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pendapatan adalah bagian penting dari suatu perusahaan. Karena dengan adanya pendapatan maka, perusahaan dapat menentukan langkah selanjutnya. Ada banyak cara bagi perusahaan untuk meningkatkan pendapatannya. Salah satu caranya yaitu dengan berinvestasi. Investasi sendiri dapat berarti sebagai suatu dana yang ditanamkan untuk suatu usaha atau bisnis dan diharapkan dapat kembali dalam jangka waktu tertentu dan menghasilkan laba.
Banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum berinvestasi. Salah satunya adalah apakah investasi tersebut akan mempengaruhi perusahaan kearah yang positif atau sebaliknya. Selain itu, perlu dipertimbangkan juga berapa modal yang diinvestasikan dan apakah investasi itu mendatangkan laba atau tidak.
Untuk mengetahui apakah investasi yang akan ditanamkan itu dapat direalisasikan atau tidak maka, diperlukan suatu analisa atau studi mengenai kelayakan usaha tersebut. Studi kelayakan bisnis atau usaha bila dilaksanakan. Yang dimaksud dengan layak atau tidak layak disini adalah perkiraan bahwa bisnis atau usaha tersebut akan menghasilkan laba atau tidak menghasilkan laba sesuai dengan harapan.
Manfaat dari studi kelayakan usaha adalah untuk menghindari kerugian yang besar bila suatu perusahaan dilakukan investor. Dengan menggunakan studi kelayakan usaha maka, kita dapat mengetahui berupa lama investasi yang ditanamkan akan kemballi dan berapa keuntungan yang kita dapatkan. Selain itu studi kelayakan usaha tidak hanya diterapkan untuk usaha yang relative besar, pada usaha kecil dan menengahpun dapat pula diterapkan.
Kedai Makan Bumper yang berlokasi di Perumahan Bumi Pertiwi Cilebut Blok AY No.6, Bogor. Telah berdiri pada tanggal 10 Oktober 2006. Kedai Makan Bumper itu sendiri relative masih baru sehingga masih perlu perhitungan yang mantap untuk membuat sebuah cabang baru yang terletak pada Komplek yang sama.
Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui hal tersebut maka penulis menetapkan judul : “Studi Kelayakan Usaha Pembukaan Cabang Baru Pada Kedai Makan Bumper”.

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa dalam pembukaan cabang baru pada usaha Kedai Makan perlu dilakukan studi kelayakan usaha, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikkut:
1. Apakah investasi yang akan dilakukan oleh Kedai Bumper layak atau tidak untuk diteruskan?
2. Berapa lama modal yang ditanamkan akan kembali?

1.2.2 Batasan Masalah
Dari rumusan masalah diatas, penulis membatasi masalah pada berapa lama investasi yang akan ditanamkam akan kembali dan layak atau tidaknya investasi tersebut dengan menggunakan metode Pyback Period (PP), Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), dan Internal Rate of Return (IRR).

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah pembukaan cabang baru Kedai Bumper layak atau tidak untuk dilakukan.
2. Untuk Mengetahui berapa lama modal yang ditanamkan kembali.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Bagi Penullis :
Dapat membantu penulis memperdalam materi yang telah diajarkan selama perkuliahan.
2. Bagi Pemilik Usaha :
Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi Kedai Bumper dalam mengambil keputusan apakah pembukaan cabang baru layak atau tidak untuk direalisasikan.
3. Bagi Pembaca ;
Penulisan ini bisa dijadikan salah satu acuan bagi penulis lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.

1.5 Metode Penelitian
Dalam rangka penulisan ini, penulis menggunakan riset untuk memperoleh materi atau data yang diperlukan dalam penyusunan penulisan ini, yaitu kegiatan pengumpulan data dan penelitian.
Riset merupakan hal yang sangat penting untuk memperoleh data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Dalam penulisan ini, diperlukan data yang memadai oleh karena itu, selain menggunakan data yang diperoleh selama ini, penulis juga melakukan penelitian.
Berikut ini adalah beberapa keterangan penting tentang penelitian yang akan dilakukan oleh penulis :

1.5.1 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah pembukaan cabang baru Kedai Makan Bumper yang berlokasi di Blok Z yang dijadikan dasar penelitian di Blok AY.

1.5.2 Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer yaitu, data yang diperoleh dengan cara melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dengan objek penelitian.
2. Data sekunder yaitu, data keuangan yang diperoleh berdasarkan catatan yang dimiliki oleh pemilik usaha tersebut.

1.5.3 Metode pengumpulan data / variable
Materi atau data yang dikumpulkan dalam penyusunan penulisan ini adalah dengan metode penelitian sebagai berikut :
1. Wawancara
Yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan mencari data secara langsung kepada pemiliknya.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan (Kasmir dan Jakfar, 2003).
Menurut Husein Umar, (1997) menyatakan studi kelayakan bisnis suatu penelitian layak atau tidaknya suatu proses bisnis yang biasanya merupakan proyek investasi itu dilaksanakan.
Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.
Suad Husnan, (1996) pada umumnya studi kelayakan bisnis akan menyangkut tiga aspek, yaitu:
1. Manfaat ekonomis bagi usaha itu sendiri (sering pula disabut manfaat financial).
2. Manfaat ekonomis usaha tersebut bagi Negara tempat usaha tersebut dilaksanakan (sering disebut manfaat ekonomi nasional).
3. Manfaat sosial usaha tersebut bagi masyarakat sekitar usaha tersebut.
2.1.2 Tujuan Dilakukan Studi Kelayakan
Paling tidak ada lima tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau bisnis dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan (Kasmir dan Jakfar, 2003), yaitu:
1. Menghindari Resiko Kerugian
Untuk mengatasi resiko kerugian di masa yang akan datang ada semacam kondisi kepastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang dengan sendirinya terjadi tanpa dapat diramalkan.
2. Memudahkan Perencanaan
Jika kita sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, maka akan mempermudah kita dala melakukan perencanaan dan hal-hal apa saja yang perlu direncanakan.
3. Memudahkan Pelaksanaan Pekerjaan
Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat memudahkan pelaksanaan usaha. Para pelaksana yang mengerjakan bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang harus diikuti.
4. Memudahkan Pengawasan
Dengan telah dilaksanakannya suatu usaha sesuai dengan rencana yang sudah disusun, maka akan memudahkan kita untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha.
5. Memudahkan Pengendalian
Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka jika terjadi penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut.
Menurut Kasmir dan Jakfar, (2003) Studi kelayakan ini akan memakan biaya tetapi biaya tersebut relatif kecil bila dibandingkan dengan resiko kegagalan suatu usaha yang menyangkut investasi dalam jumlah besar, ada pula sebab lain yang mengakibatkan suatu usaha ternyata kemudian menjadi tidak menguntungkan (gagal). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan :
1. Ruang lingkup kegiatan usaha
2. Cara kegiatan usaha dilakukan
3. Evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan berhasilnya suatu usaha
4. Hasil kegiatan usaha tersebut, serta biaya yang harus ditanggung untuk memperoleh hasil tersebut
5. Akibat-akibat yang bermanfaat maupun yang tidak dari adanya usaha tersebut

2.1.3 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Husein Umar, (1997) aspek-aspek dalam studi kelayakan meliputi:
1. Aspek Teknis
Evaluasi aspek teknis ini mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis proyek, seperti penentuan kepastian produksi, jenis teknologi yang digunakan, pemakaian peralatan dan mesin, serta lokasi usaha yang paling menguntungkan.
2. Aspek Pasar dan Pemasaran
Evaluasi aspek pasar dan pemasaran sangat penting dilakukan karena tidak ada usaha yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan oleh usaha tersebut. Pada dasarnya, aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan dan pangsa pasar produk atau jasa yang bersangkutan.
3. Aspek Yuridis
Evaluasi terhadap aspek yuridis yang dilakukan. Bagi pemilik usaha, evaluasi ini berguna antara lain untuk kelangsungan usaha serta dalam rangka meyakinkan para kreditur dan investor bahwa usaha yang akan dilakukan tidak menyimpang dari aturan yang berlaku.
4. Aspek Manajemen
Dalam aspek manajemen yang dievaluasi ada dua macam, yang pertama manajemen saat pembangunan usaha dan yang kedua manajemen saat usaha dioperasionalkan.
5. Aspek Lingkungan
Lingkungan ini dapat berpengaruh positif maupun negative perusahaan, sehingga studi kelayakan aspek ini perlu dianalisis pula.
6. Aspek Finansial
Dari sisi keuangan, usaha sehat dikatakan apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban financial.

2.1.4 Tahapan Studi Kelayakan Bisnis
Dalam melaksanakan studi kelayakan bisnis atau usaha, ada beberapa tahapan studi yang dikerjakan (Husein Umar, 1997), yaitu:
1. Penemuan Ide Proyek
Produk atau Jasa yang akan dibuat haruslah berpotensi untuk dijual dan menguntungkan. Karena itu, penelitian terhadap kebutuhan pasar dan jenis produk atau jasa dari usaha harus dilakukan.
2. Tahap Penelitian
Proses ini dimulai dengan mengumpulkan data, lalu mengolah data dengan memasukkan teori-teori yang relevan, menganalisis dan menginterpretasi hasil pengolahan data dengan alat-alat analisis yang sesuai.
3. Tahap Evaluasi Proyek
Ada tiga macam evaluasi proyek. Pertama, mengevaluasi usulan proyek yang akan didirikan. Kedua, mengevaluasi proyek yang sedang beroperasi. Dan yang Ketiga, mengevaluasi proyek yang baru selesai dibangun.
4. Tahap Pengurutan Usulan yang Layak
Jika terdapat lebih dari satu usulan proyek bisnis yang dianggap layak dan terdapat keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki manajemen untuk merealisasikan semua proyek tersebut, maka perlu dilakukan pemilihan proyek yang dianggap paling penting untuk direalisasikan.
5. Tahap Rencana Pelaksanaan Proyek Bisnis
Dimulai dari menentukan jenis pekerjaan, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana, ketersediaan dana dan sumber daya lain, kesiapan manajemen dan lain-lain.
6. Tahap Pelaksanaan Proyek
Semua tenaga pelaksan proyek, mulai dari pemimpin sampai pada tingkat yang paling bawah, harus bekerja sama dengan sebaik-baiknya sesuai yang telah diterapkan.

2.1.6 Usulan Investasi dan Pemilihan Alternatif
Ada beberapa cara dalam menggolongkan usulan investasi, salah satunya penggolongan usulan yang didasarkan menurut kategori, sebagai berikut (Bambang Riyanto, 1995) :
1. Investasi penggantian, penggantian aktiva lama dengan yang baru
2. Investasi dengan penambahan kapasitas
3. Investasi penambahan jenis produk baru
4. Investasi lain-lain, yaitu tidak termasuk dalam ketiga golongan diatas
2.2 Alat Analisis
Dalam menjalankan usaha pada umumnya menggunakan metode-metode penilaian investasi yang diantaranya adalah dengan metode :
1. Payback Period (PP)
Menurut Kasmir dan Jakfar, (2003) Payback Period merupakan teknik pemikiran terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha.
Menurut Husein Umar, (1997) Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutu kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas.
Menurut Bambang Riyanto, (1996) Payback Period adalah suatu periode yang dibutuhkan untuk menutup kembali pengeluaran investasi.
Untuk mengetahui sejauh mana investasi itu kembali, maka dirumuskan sebagai berikut :
• Jika Proceed yang dihasilkan tiap tahun sama :
PP = Jumlah Investasi/Jumlah Proceed x 12 Bulan

Proceed = EAT + Depresiasi
EAT = Laba bersih setelah pajak
• Jika proceed yang dihasilkan tiap tahun berbeda :
Investasi = xxx
Proceed thn-1 = (xxx)
Sisa investasi = xxx
Proceed thn-2 = (xxx)
Sisa investasi = xxx
Dan seterusnya sampai investasi tidak dapat dikurang dengan proceed tahun selanjutnya, lalu :
PP = Sisa Investasi/Proceed tahun selanjutnya x 12Bulan


Jika payback period > umur ekonomis, Investasi ditolak
Jika payback period <>
Jadi kriteria penilaian pada metode payback period ini adalah jika payback periodnya lebih kecil dari waktu maksimum yang disyaratkan mak proyek diterima, dan sebaliknya bila payback periodnya lebih besar atau lebih lama dari waktu yang disyaratkan maka investasi ditolak.
2. Profitability Index (PI)
Profitability Index (PI) merupakan rasio aktifitas dari jumlah nilai sekarang penerimaanbersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi.
Rumus yang digunakan untuk mencari PI adalah sebagai berikut :
PI= Σ PV.Proceed/ Σ PV. Outlays x 100%
PV Proceed = Proceed x tingkat suku bunga
Kriteria PI :
Jika PI > 1, investasi diterima
Jika PI <>

3. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah selisih antara presend value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasionel maupun aliran kas terminal) dimasa yang akan datang.
Rumus dari NPV adalah sebagai berikut :
NPV = Σ PV. Proceed – PV Outlays
Kriteria NPV :
Jika NPV (+), investasi diterima
Jika NPV (-), investasi ditolak

4. Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini berguna untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang arus kas yang diharapkan masa datang atau penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal.


IRR= PI – CI x (P1 - P2/ C1-C2)
Dimana :
P1 = tingkat bunga 1
P2 = tingkat bunga 2
C1 = NPV 1
C2 = NPV 2
Keterangan :
IRR > Dari bungan pinjaman, diterima
IRR < style=""> ditolak
5. Average Rate of Return (ARR)
Merupakan cara untuk mengukur rata-rata pengembalian bunga dengan cara membandingkan antara rata-rata laba sebelum pajak (EAT) dengan rata-rata pengembalian investasi.
ARR (%)= Rata-rata EAT / Rata-rata Investasi
Keterangan :
ARR > Tingkat Keuntungan, diterima
ARR < Tingkat keuntungan, ditolak

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian
Dalam penulisan ini, penulis mengambil objek penelitian Kedai Makan yang merupakan salah satu bentuk usah akecil yang berada di lingkungan masyarakat. Usaha Kedai Makan ini bergerak dibidang jasa, karena gerak usahanya melayani masyarakat.

3.2 Data yang Digunakan
Data yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dengan objek penelitian.
2. Data sekunder, yaitu data keuangan yang diperoleh berdasarkan catatan yang dimiliki oleh pemilik usah tersebut

3.3 Metode Pengumpulan Data
Materi atau data yang dikumpulkan dalam penyusunan penulisan ini adalah metode penelitian sebagai berikut :

3.3.1 Wawancara
Yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan mencari data secara langsung kepada pemiliknya dan melihat secara langsung.

3.4 Alat Analisis
Dalam menjalankan usaha pada umumnya menggunakan metode-metode penilaian investasi yang diantaranya adalah dengan metode :
1. Payback Period (PP)
Menurut Kasmir dan Jakfar, (2003) Payback Period merupakan teknik pemikiran terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha.
Menurut Husein Umar, (1997) Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutu kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas.
Menurut Bambang Riyanto, (1996) Payback Period adalah suatu periode yang dibutuhkan untuk menutup kembali pengeluaran investasi.
Untuk mengetahui sejauh mana investasi itu kembali, maka dirumuskan sebagai berikut :
• Jika Proceed yang dihasilkan tiap tahun sama :
PP = Jumlah Investasi/Jumlah Proceed x 12 Bulan

Proceed = EAT + Depresiasi
EAT = Laba bersih setelah pajak
• Jika proceed yang dihasilkan tiap tahun berbeda :
Investasi = xxx
Proceed thn-1 = (xxx)
Sisa investasi = xxx
Proceed thn-2 = (xxx)
Sisa investasi = xxx
Dan seterusnya sampai investasi tidak dapat dikurang dengan proceed tahun selanjutnya, lalu :
PP = Sisa Investasi/Proceed tahun selanjutnya x 12Bulan


Jika payback period > umur ekonomis, Investasi ditolak
Jika payback period <>
Jadi kriteria penilaian pada metode payback period ini adalah jika payback periodnya lebih kecil dari waktu maksimum yang disyaratkan mak proyek diterima, dan sebaliknya bila payback periodnya lebih besar atau lebih lama dari waktu yang disyaratkan maka investasi ditolak.
2. Profitability Index (PI)
Profitability Index (PI) merupakan rasio aktifitas dari jumlah nilai sekarang penerimaanbersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi.
Rumus yang digunakan untuk mencari PI adalah sebagai berikut :
PI= Σ PV.Proceed/ Σ PV. Outlays x 100%
PV Proceed = Proceed x tingkat suku bunga
Kriteria PI :
Jika PI > 1, investasi diterima
Jika PI <>

3. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah selisih antara presend value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasionel maupun aliran kas terminal) dimasa yang akan datang.
Rumus dari NPV adalah sebagai berikut :
NPV = Σ PV. Proceed – PV Outlays
Kriteria NPV :
Jika NPV (+), investasi diterima
Jika NPV (-), investasi ditolak

4. Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini berguna untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang arus kas yang diharapkan masa datang atau penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal.


IRR= PI – CI x (P1 - P2/ C1-C2)
Dimana :
P1 = tingkat bunga 1
P2 = tingkat bunga 2
C1 = NPV 1
C2 = NPV 2
Keterangan :
IRR > Dari bungan pinjaman, diterima
IRR < style=""> ditolak
5. Average Rate of Return (ARR)
Merupakan cara untuk mengukur rata-rata pengembalian bunga dengan cara membandingkan antara rata-rata laba sebelum pajak (EAT) dengan rata-rata pengembalian investasi.
ARR (%)= Rata-rata EAT / Rata-rata Investasi
Keterangan :
ARR > Tingkat Keuntungan, diterima
ARR < Tingkat Keuntungan, ditolak

Minggu, 03 Oktober 2010

Review Jurnal

Nama : Benazir Maren
Kelas : 4EA03
NPM : 11207414
Tugas Riset Pemasaran (Review Jurnal)

* Tema/Topik : Loyalitas

* Judul, Pengarang, dan Tahun
1. Judul : Analisa Dampak Service Performance dan Kepuasan Sebagai Moderating Variabel
Terhadap Loyalitas Nasabah
Pengarang : Diah Dharmayanti
Tahun : 2008

2. Judul : Faktor-Faktor Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan
Pengarang : Trisno Musanto
Tahun : 2008

3. Judul : Upaya Mencapai Loyalitas Konsumen dalam Perspektif Sumber Daya Manusia
Pengarang : Erna Ferinnadewi dan S.Pantja Djati
Tahun : 2008

* Latar Belakang dan Masalah
Deregulasi perbankan 27 Oktober 1988 merupakan kebijakan penghapusan barrier to entry di industri perbankan. Dengan deregulasi tersebut,untuk pertama kalinya Pemerintah memandang perlu menciptakan iklim persaingan perbankan melalui mekanisme pasar, guna mendorong pengerahan dana melalui perluasan jaringan kelembagaan. Meningkatnya persaingan dan cepatnya deregulasi perbankan telah mengarahkan bisnis jasa perbankan mencari cara yang menguntungkan untuk mendiferensiasikan diri mereka terhadap pesaing. Salah satu strategi yang dapat menunjang keberhasilan bisnis dalam sector perbankan adalah berusaha menawarkan kualitas jasa dengan kualitas pelayanan tinggi yang nampak dalam kinerja/performa dari layanan yang ada (Parasuraman, Zeithaml, dan Berry, 1985). Salah satu kontributor yang sering dipakai dalam mengembangkan pengukuran kualitas jasa/pelayanan adalah alat ukur kualitas layanan yaitu SERVQUAL (Service Quality) yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1988). Dari skala SERVQUAL ini, mereka berpendapat bahwa dalam mengevaluasi kualitas jasa/pelayanan, konsumen membandingkan antara pelayanan yang mereka harapkan dengan persepsi atas pelayanan yang mereka tarima (Gap análisis). Dalam kenyataannya, beberapa konsep menyebutkan bahwa gambaran ke- 5 dimensi (tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy) yang sering digunakan dalam SERVQUAL untuk menilai kualitas jasa/ pelayanan, masih menjadi masalah (Cronin dan Taylor,1992). Dalam prosesnya,loyalitas ditimbulkan oleh kepuasan tetapi bukan kepuasan pada tingkat ”cukup puas” tetapi kepuasan pada tingkat tertentu ”sangat puas” yang hanya dapat menciptakan loyalitas nasabah (Bhote,1996) yang menunjukkan hasil penelitiannya bahwa pada saat tingkat kepuasan konsumen mencapai 90%, loyal customers hanya mencapai 40% dalam suatu industri jasa perbankan. Berdasarkan latar belakang diatas, Bagaimana cara service performance/kinerja pelayanan mempunyai pengaruh secara langsung yang signifikan terhadap loyalitas nasabah Bank.

* Metodelogi
a. Data atau Variabel
Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, dengan melibatkan 50 nasabah Bank terpilih yang berusia diatas 20 tahun untuk mempelajari seberapa besar loyalitas pelayanan yang dimiliki Bank kepada Nasabah.

b. Model
Diah Dharmayanti : Service Perfomence
Kepuasan Nasabah
Loyalitas Nasabah

Trisno Musanto : Kepuasan Pelanggan
Loyalitas Pelanggan

Erna Ferinnadewi dan S.Pantja Djati : Jasa
Loyalitas Konsumen
Sumber Daya Manusia

* Hasil dan Kesimpulan
a. Jurnal 1 : berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan alat analisis Moderator Regression Analysis (MRA) dan Uji Asumsi Klasik dapat disimpulkan bahwa Service performance memiliki pengaruh langsung yang kuat terhadap loyalitas nasabah dan service performance yang baik tidak selalu menghasilkan kepuasan nasabah tetapi hadirnya kepuasan nasabah sebagai variabel moderator, bukan sebagai variabel intervening, adalah tepat karena telah terbukti bahwa kepuasan nasabah mampu memoderate pengaruh service performance terhadap loyalitas nasabah.
b. Jurnal 2 : berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan alat analisis Regresi Linier Berganda dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini hanya sales experience yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Sedang ketiga variabel lainnya reliability, response to
and remedy of problems, dan convenience of acquisition terbukti tidak berpengaruh. Namun demikian peneliti mengakui keterbatasan baik dari sisi metodologi maupun implikasi hasil penelitian ini. Keterbatasan sample akan mempengaruhi hasil penelitian, oleh karenanya hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisir.
c. Jurnal 3 : berdasarkan hasil hipotesis dapat disimpulkan bahwa di dalam upaya mendapatkan pelanggan yang loyal khususnya dalam bidang jasa, maka perusahaan harus menjalankan fungsi-fungsi dalam manajemen sumber daya manusia sejalan dengan tujuan pemasarannya. Aktivitas-aktivitas semacam rektrutmen, seleksi, pelatihan dan penilaian harus difokuskan untuk mendapatkan karyawan dengan sikap, keterampilan dan
perilaku yang mendukung tujuan organisasi.

* Saran untuk lanjutan
Untuk lebih dapat meningkatkan perusahaan perlu membangun modal intelektual sehingga meskipun terjadi perubahan dalm lingkungan bisnis, perusahaan masih mampu mempertahankan konsumen yang loyal. Dapat dikatakan sumber daya manusia dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif perusahaan dalam lingkungan yang cepat berubah ini.